NASIONAL
Anggaran Belum Cair, PT Pupuk Indonesia Tetap Salurkan Pupuk Subsidi
"Komitmen dari Pupuk Indonesia adalah kita akan terus menyalurkan supaya tidak ada gangguan di level petani,”
AUTHOR / Ardhi Ridwansyah
-
EDITOR / Rony Sitanggang
KBR, Jakarta- PT Pupuk Indonesia mengungkapkan terdapat kendala terkait alokasi anggaran untuk pupuk subsidi sebesar 9,55 juta ton. Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan anggaran untuk penyaluran pupuk subsidi tersebut belum ada.
Dia memastikan penyaluran pupuk subsidi bakal tetap berjalan meski kontrak penyaluran masih mengacu pada anggaran lama. Sebab, hal tersebut telah diinstruksikan oleh Presiden Jokowi dan telah disepakati kementerian terkait seperti Kementeria Keuangan hingga Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Sekarang kami diinstruksikan untuk tidak menyetop penyaluran, meskipun kontraknya belum ada tapi diminta untuk mengikuti permentan. Nah ini kita sedang garap administrasinya supaya itu bisa dilakukan tanpa melanggar hukum karena menyalurkan tanpa ada kontrak sesuatu yang tantangan. Komitmen dari Pupuk Indonesia adalah kita akan terus menyalurkan supaya tidak ada gangguan di level petani,” ucapnya dalam diskusi publik, Rabu (17/8/2024).
Rahmad pun menjelaskan pupuk subsidi yang telah habis merupakan alokasi pupuk subsidi pada awal 2024 sebesar 4,7 juta ton dengan anggaran Rp26,7 triliun, bukan alokasi pupuk subsidi terbaru sebesar 9,55 juta ton. Kata dia, alokasi pupuk yang pertama itu sudah habis di bulan Juli dan sekitar 150 kabupaten yang telah habis.
Baca juga:
- Antisipasi Penyelewengan, Satgas Pangan Polri Bakal Awasi Distribusi Pupuk Subsidi
- Kementan Ungkap Penyebab Turunnya Produksi Beras
- Alarm Turunnya Produksi Beras Nasional
“Price elasticity-nya adalah setiap (kenaikan harga) seribu rupiah akan menurunkan konsumsi urea 13 persen dan NPK 14 persen, apa dampaknya penurunan konsumsi urea dan NPK ini? Penurunan ini akan berakibat penurunan produktivitas pertanian sebesar setengah ton per hektare. Jadi bayangkan kalau harga pupuk itu naik seribu rupiah, bayangkan tidak ada pupuk subdisi, kemudian harga pupuk itu naik tiga kali lipat, apa yang terjadi dengan Indonesia?” jelasnya.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!