NASIONAL

26 Tahun Tragedi Trisakti, KontraS: Semangat Reformasi Luntur

Divisi Kampanye, Jaringan dan Dukungan Publik KontraS, Ahmad Sajali menyebut, saat ini negara gagal menerapkan prinsip-prinsip reformasi, dan kegagalan itu justru dirancang oleh penguasanya sendiri.

AUTHOR / Astri Yuanasari

Tragedi Trisakti
Dokumentasi-Mahasiswa dengan foto empat korban tragedi Mei mengikuti Peringatan 18 Tahun Tragedi 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta. (Antara)

KBR, Jakarta- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai, 26 tahun Tragedi Trisakti menjadi satu sinyal adanya pergeseran semangat yang dulu pernah diperjuangkan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk mengakhiri rezim orde baru.

Kepala Divisi Kampanye, Jaringan dan Dukungan Publik KontraS, Ahmad Sajali menyebut, saat ini negara gagal menerapkan prinsip-prinsip reformasi, dan kegagalan itu justru dirancang oleh penguasanya sendiri.

"Itu menunjukkan bahwa bangsa ini gagal, atau bangsa ini didesain oleh para penguasanya untuk bisa dengan gampangnya dan mudahnya melupakan itu (reformasi). Bahwa kontrol dari orang-orang yang hanya ingin menguntungkan segelintir pihak dia bertransformasi menjadi para pengusaha sekaligus penguasa politik hari ini, dan ya bolanya selalu ada di tangan mereka," kata Sajali kepada KBR, Minggu (12/5/2024).

Sajali menilai, melalui momen Pemilu 2024 yang hasilnya sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), yakni terpilihnya Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menunjukkan prinsip-prinsip reformasi tidak berjalan.

"Gibran rakabuming raka yang merupakan putra dari Joko Widodo, presiden yang sedang berkuasa saat ini, yang menunjukkan bahwa nilai-nilai antinepotisme yang kemudian juga anti korupsi dan juga kolusi itu begitu tergerus," tutur Sajali.

"Apalagi bukan hanya dengan kenyataan bahwa Prabowo punya jabatan yan memang cemerlang di TNI atau ABRI walaupun di akhir masa itu 98 dia dipecat karena dugaan keterlibatan di proses penculikan atau penghilangan paksa aktivis 97-98," imbuhnya.

Ahmad Sajali menambahkan, kondisi saat ini harus bisa dijawab oleh gerakan warga, gerakan masyarakat dan gerakan mahasiswa.

"Bahwa tantangan ini harus segera siap dihadapi dan harus segera dicari jalan yang terbaik untuk bisa mencegah kerusakan-kerusakan lebih buruk terjadi berikutnya," pungkasnya.

Tragedi Trisakti sendiri merupakan peristiwa penembakan yang terjadi pada 12 Mei 1998 terhadap mahasiswa yang tengah melakukan demonstrasi, menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden.

Tragedi Trisakti adalah salah satu yang menjadi pemicu adanya gerakan reformasi.

Baca juga:

- 25 Tahun Tragedi Trisakti: Desakan dan Cerita Saksi Mata

Editor: Resky Novianto

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!