NASIONAL
25 Tahun Tragedi Trisakti, Kontras: Tuntaskan Lewat Proses Hukum
“Penuntasan kasus pelanggaran HAM berat yang secara menyeluruh itu harus lewat proses hukum"
AUTHOR / Ardhi Ridwansyah
KBR, Jakarta– Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai belum ada kemajuan terkait proses hukum penuntasan kasus Tragedi Trisakti 1998.
Divisi Pemantau Impunitas Kontras, Jane Rosalina mengatakan hingga kini, berkas penyelidikan yang telah diberikan Komnas HAM kepada Kejaksaan Agung belum juga ditindaklanjuti ke tahap penyidikan.
“Hingga kini masih bolak-balik berkas antara Komnas HAM dan Kejaksaan Agung. Kejaksaan Agung belum menindaklanjuti hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM,” kata Jane kepada KBR, Kamis (11/5/2023).
Meski Presiden Joko Widodo sudah mengakui kerusuhan Mei 1998 yang di dalamnya ada Tragedi Trisakti, namun Jane menilai belum ada keseriusan pemerintah untuk mengusut kasus tersebut.
Menurut dia hal ini karena presiden tidak tegas mendorong Kejaksaan Agung untuk melanjutkan kasus ke tahap penyidikan.
Di sisi lain, kata Jane, para pelanggar HAM berat yang hidup di masa tragedi tersebut masih duduk di jabatan strategis sehingga turut berdampak pada mandeknya proses hukum pelanggaran HAM berat salah satunya Tragedi Trisakti 1998.
“Penuntasan kasus pelanggaran HAM berat yang secara menyeluruh itu harus lewat proses hukum ya harus dilakukan pengungkapan kebenaran, pemulihan kepada penyintas dan korban dan menjamin ketidakberulangan pelanggaran HAM berat masa lalu dan kami terus mendorong Kejaksaan Agung untuk menidaklanjuti berkas penyelidikannya Komnas HAM,” ucap Jane.
Baca juga:
Jumat 12 Mei 2023 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Tragedi Trisakti. Pada tragedi tersebut, empat orang mahasiswa dari Universitas Trisakti tewas terkena tembakan dari aparat keamanan usai menggelar demonstrasi yang menuntut Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden.
Kala itu, Indonesia mengalami krisis moneter dan penuh Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Demo pun dilakukan agar reformasi pemerintahan bisa terjadi. Ironinya, hingga kini belum jelas siapa pihak otak dibalik penembakan brutal tersebut.
Editor: Rony Sitanggang
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!