NASIONAL

2050 Indonesia Terancam Tak Bisa Impor Pangan

Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

2050 Indonesia Terancam Tak Bisa Impor Pangan
Petani mengangkut padi dengan terpal saat sawah terendam banjir di Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). (Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho)

KBR, Jakarta – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dam Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperkirakan pada tahun 2050 Indonesia terancam tidak bisa mengimpor pangan.

Dwikorita menyebut berdasar proyeksi dari Badan Pangan Dunia (FAO) pada 2050 lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Dalam peta global yang dipaparkan, peta Indonesia berwarna oranye yang artinya ketahanan pangannya di tahun 2050 tergolong mengalami gangguan.

“Indonesia sudah oranye, meskipun belum setajam segelap di India. Dampaknya apa? Kita tidak bisa melakukan impor, kalau kita langka pangan misalnya di Indonesia, kita tidak bisa mengimpor karena negara lumbung-lumbung pangan itu lebih mengalami krisis sehingga ini dialami semuanya secara bersama-sama,” kata Dwikorita dalam acara Road to 10th World Water Forum “Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim,” dipantau via kanal Youtube Info BMKG, Senin (1/4/2024).

Baca juga:


Dwikorita mengatakan sebelum hal itu terjadi maka diperlukan observasi sistematis dan pengumpulan data guna merumuskan kebijakan berbasis data dan informasi yang efektif.

Ini penting agar bisa mengantisipasi terjadinya krisis pangan dan air akibat perubahan iklim.

“Data sering kita abaikan karena untuk mendapatkan data cukup repot, harus memasang alat, menjaga alat, memelihara alat, dan itu memerluka biaya. Tanpa data kita sulit untuk melakukan analisis secara tepat dan akurat sehingga kebijakan yang tidak dirumuskan berbasis data dapat berakibat fatal, salah kebijakan,” ucap Dwikorita.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!