ragam
Lansia dan Caregiver Sama-Sama Perlu Jaga Mental

Ia mulai menjalani peran ini setelah ibunya didiagnosis demensia pada awal 2019.

Penulis: Khalisha Putri

Editor: Wydia Angga

Google News
Lansia dan Caregiver Sama-Sama Perlu Jaga Mental

KBR, Jakarta– Menjadi caregiver bagi lansia masih belum jadi pilihan populer sebagai sebuah cita-cita. Namun, bagi sebagian orang, peran ini hadir begitu saja tanpa persiapan.

Salah satu sosok yang menjalaninya adalah Devi Kristina, Care Navigator dari Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI). Sejak akhir 2018, Devi telah merawat ibunya yang mengidap demensia. Dalam enam tahun terakhir, ia tidak hanya menjalani peran sebagai pendamping lansia, tetapi juga sebagai ibu dari bayi yang baru berusia beberapa bulan.

Devi mengungkap bahwa ia mulai menjalani peran ini setelah ibunya didiagnosis demensia pada awal 2019. Dalam kesehariannya, ia melakukan hampir seluruh aktivitas pendampingan, menyuapi makan, memandikan, mengajak berinteraksi, hingga mendampingi ke kamar mandi.

“Sekarang, mamaku sudah banyak yang gak bisa dilakukan secara mandiri. Bahkan mandi pun harus aku yang mandiin, seperti memandikan anak kecil,” kata Devi dalam Podcast Disko "Diskusi Psikologi".

Perjalanan panjang tersebut membawa Devi ke berbagai fase burnout, sebuah kondisi kelelahan fisik dan emosional yang terus berulang dalam bentuk berbeda. Di awal masa merawat, Devi merasa bingung karena tidak memahami apa itu demensia. Ia mengaku butuh waktu satu hingga dua tahun untuk menerima kondisi sang ibu.

“Pertama banget aku burnout karena aku clueless tentang demensia. Butuh waktu untuk bisa menerima keadaan mamaku,” ujar Devi.

Situasi semakin berat saat ia merasa figur ibu dalam keluarganya menghilang. Ia secara tidak langsung menggantikan peran tersebut untuk adik dan ayahnya. Ia pun harus memberi pemahaman kepada seluruh anggota keluarganya mengenai demensia yang dialami ibu.

Devi juga merasakan kelelahan fisik akibat rutinitasnya dalam mendampingi sang ibu secara intens.

Burnout-nya sekarang karena dobel. Aku kelelahan setiap hari, urus bayi dan mamaku,” ungkapnya.

Psikolog Klinis Mutiara Maharini menilai kondisi tersebut sebagai hal yang sangat wajar. Ia menjelaskan bahwa caregiver seperti Devi menghadapi tekanan besar secara fisik dan emosional.

“Kita gak cuma memberi waktu, tapi juga seluruh energi fisik dan emosional kita,” kata Mutiara.

Caregiver lansia ini adalah sosok yang merawat dan mendampingi orang tua atau anggota keluarga lanjut usia dengan penuh cinta dan perhatian. Namun sebenarnya di balik kasih sayang itu, nggak jarang peran ini juga menghadirkan tantangan yang gak mudah,” tambah Mutiara.

red

Foto: Ilustrasi Lansia

Yang Dibutuhkan Lansia dan Caregiver

Menurut Devi, hal yang paling membuat ibunya bahagia bukanlah perlakuan medis atau terapi khusus, melainkan kehadiran dan interaksi.

“Yang bikin mama bahagia itu ditemenin. Dia dulunya perawat, terbiasa sosialisasi. Kalau sendiri, dia bisa sedih,” jelasnya.

Sementara, salah satu hal yang menjaga Devi tetap bertahan adalah kehadiran support system. Ia merasa sangat terbantu dengan keluarga yang mendukung, pasangan yang pengertian, dan komunitas rohani yang selalu ada.

Bahkan, sapaan sederhana seperti “Gimana kabar mama?” dari teman bisa membuatnya merasa tidak sendirian.

Mutiara Maharini pun mengingatkan pentingnya berbagi beban. Banyak caregiver, menurutnya, merasa bersalah jika harus mengeluh.

“Padahal orang lain gak akan tahu kita butuh bantuan kalau kita gak terbuka,” tegasnya.

red

Foto: Ilustrasi Demensia

Memaknai Peran Caregiver

Meski tak pernah memilih peran ini, Devi berusaha menjalaninya dengan penuh makna. Ia memandang peran tersebut sebagai bentuk balas kasih atas apa yang telah ibunya berikan semasa hidupnya.

“Dulu mamaku merawat aku, sekarang giliran aku. Ini bukan peran yang aku cari, tapi aku terima dan jalani dengan penuh tanggung jawab,” katanya.

Devi juga menekankan pentingnya edukasi tentang demensia dan mencari bantuan profesional. Ia menyarankan caregiver lain untuk tidak ragu mengakses layanan seperti Narazi, platform konsultasi online yang disediakan oleh ALZI.

Sementara itu, Mutiara Maharini mengingatkan bahwa merawat diri sendiri sama pentingnya dengan merawat orang lain.

“Jangan lupa untuk melihat ke luar. Ada banyak komunitas yang sekarang mendukung caregiver, termasuk Alzheimer Indonesia. Karena merawat diri itu bagian dari merawat orang yang kita sayang,” tutupnya.

Untuk informasi dan dukungan lebih lanjut, masyarakat dapat mengakses akun Instagram @alzi_indonesia atau menghubungi Careline ALZI di 0811-8225-94.

Lebih lanjut terkait pembahasan Lansia dan Caregiver Sama-sama Perlu Jaga Mental. Yuk simak podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link berikut:

Baca juga:

- Beban Berat Generasi Sandwich, si Tulang Punggung Keluarga

- Mengenal Diri Sendiri Sebelum Menjalin Relationship

caregiver
lansia
kesehatan mental
mental health

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...