ragam
Lagi Berselancar di Dating Apps? Hati-Hati Love Scamming!

Pelaku love scamming berpura-pura menjadi pasangan idaman, memberikan perhatian berlebihan, lalu perlahan meminta uang atau data pribadi.

Penulis: Astri Septiani, Wydia Angga

Editor: Ninik Yuniati

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
Lagi Berselancar di Dating Apps? Hati-Hati Love Scamming!
Coach LexdePraxis berbincang di Podcast Disko

KBR, Jakarta - Rosita (30), baru sekitar setahun terakhir menggunakan aplikasi kencan (dating apps). Niatnya sederhana, ingin mencari pasangan. Namun, dunia aplikasi kencan ternyata jauh dari sederhana. Ada banyak orang masuk aplikasi itu dengan beraneka motif, termasuk mereka yang berniat menipu. Hal itu membuat Rosita kerap curiga ketika hendak berinteraksi dengan orang di dating apps

“Karena kita tidak bisa tahu orang itu, kan, (dia) hanya menunjukkan sesuatu yang ingin orang lain lihat saja, atau menunjukkan sesuatu yang baik saja. Jadi saya banyak trust issue-nya, apakah benar orang ini, yang baik-baik,” kata Rosita di Podcast Disko (Diskusi Psikologi).

Kekhawatirannya beralasan. Beberapa kali, Rosita bertemu penipu berkedok cinta (love scammer) di aplikasi kencan. 

Mereka punya pola mirip: berkenalan cepat, mengaku cocok, bahkan menerima semua kekurangan Rosita tanpa keberatan. Dari situ biasanya Rosita semakin waspada.

Pernah ia berinteraksi dengan scammer mengaku ahli IT yang bekerja di Jakarta, tetapi dikirim ke Rusia untuk memperbaiki kasino. 

Ada pula yang berpura-pura bekerja di daerah terpencil, kemudian bilang hanya bisa mengirim gaji lewat Rosita, tetapi dengan syarat Rosita harus mengirimkan uang lebih dulu untuk membayar pajak atau biaya administrasi.  

Ada juga yang berlagak sopan, tetapi ujungnya meminta uang atau top-up pulsa. Untungnya, ia tak terjebak dengan tipu daya mereka.

Tiap kali menghadapi terduga scammer, Rosita bakal mengujinya dengan pertanyaan atau langsung menantang untuk video call. Biasanya scammer punya seribu alasan untuk menolak ajakan video call. 

“Pernah, dia menggunakan alasan psikologis, punya trauma karena dulu video call dengan calon istrinya dan calon istrinya meninggal ketika video call. Jadi caranya itu mempermainkan perasaan korbannya,” kata Rosita.

Alih-alih menutup aplikasi kencan, Rosita memilih mempertebal pengetahuannya agar tak terjebak scammers. Misalnya dengan membaca artikel, mendengarkan podcast, hingga ikut forum diskusi, guna mengenali pola-pola penipuan asmara. 

Ada satu pelajaran penting yang Rosita tekankan: jangan mudah percaya dengan proses yang terlalu cepat. Menemukan pasangan di jagat maya bukanlah hal mustahil, tetapi prosesnya tak instan. Tetap buka hati, sambil terus waspada.

“Sebelum memutuskan untuk ke jenjang berikutnya, kalian bertemu dulu atau video call sesering mungkin biar tahu apakah cocok atau tidak. Jangan pernah memberi uang sekecil apapun ke orang yang ditemui di dating apps,” tutur Rosita berbagi tips.

Greg (24) juga tak mau kompromi ketika obrolan di aplikasi kencan sudah mengarah pada uang. Ia tak bakal mengeluarkan uang sepeserpun untuk seseorang yang baru dikenal via daring. 

“Aku nggak akan mau transfer uang atau 'ngebantu' dia, kalaupun emang belum ketemu. Ketemu pun aku juga nggak mau yang langsung se-gampang itu,” ujar Greg.

Greg paham love scammer seringkali lihai memainkan peran. Foto yang dipakai terlihat seperti asli, begitupun dengan namanya. Butuh kejelian untuk mengidentifikasi motif di baliknya.  

“Fotonya beneran dia, namanya juga kelihatan beneran, tetapi ternyata punya niat untuk ngebohongin, kayak tolong dong transfer-in aku segini-segini. kebetulan aku lagi susah, lagi ada halangan segala macam gitu,” pungkasnya.

red

Foto: Ilustrasi love scamming dibuat menggunakan AI

Baca juga:
-
Alissa Wahid Spill Kiat Rawat Perkawinan, No Baper
-
Mengapa Roblox menjadi Dilema?

Ciri-Ciri Penipu Berkedok Cinta

Lex dePraxis, relationship coach, menyebut pelaku love scamming pura-pura menjadi pasangan idaman, biasanya memberi perhatian terlalu cepat (love bombing), yang terasa too good to be true. Korban dimanipulasi sedemikian rupa sehingga enggan bercerita ke orang lain. 

Gelagat lain yang bisa dicurigai adalah ketika pelaku menolak bertemu langsung atau melakukan video call dengan alasan sibuk atau lokasi jauh. 

“Ini yang justru jadi agak berbahaya. Dengan menunda pertemuan atau nggak ngajak ‘kita ketemu yuk’, itu ruangnya makin lebar untuk si penipu berakrobat mengeluarkan segala macam cara untuk memukau dan memesona. Ini orang jagoan di online tapi enggak mau ketemu,” kata Lex di podcast Disko.

Menyelamatkan Mental Korban Love Scamming

Psikolog Klinis sekaligus host Podcast Disko (Diskusi Psikologi) Mutiara Maharini menekankan, kesehatan mental korban love scamming berpotensi terganggu, misalnya terlalu menyalahkan diri. 

Peran lingkungan terdekat sangat penting untuk memberikan ruang aman (safe space) bagi korban untuk bercerita, jangan menghakimi korban. 

“Kita perlu ngasih tahu bahwa kita safe space loh. Kalau kamu ada apa-apa, cerita aja. Dan kalau ternyata temen kita cerita, kita juga jangan langsung ‘Ih kok bisa sih, emang lo enggak mikir? Kita dengerin dia, supaya korban berani speak up sebelum makin parah hubungannya,” kata Mahari.

Mau tahu lebih lengkap soal cara mengenali modus penipuan berkedok cinta, tips menghindari love scamming, hingga kiat membangun hubungan sehat? Simak obrolannya di Podcast Disko (Diskusi Psikologi).

penipuan
love scamming
podcast Disko
korban

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...