ragam
Apakah AI Mampu Menjawab Tantangan Marketing?

AI tidak hanya dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi, saat ini banyak marketer menggunakan AI untuk membantu riset hingga analisis kebiasaan calon pembeli.

Penulis: Dita Alya Aulia, Valda Kustarini

Editor: Valda Kustarini

Google News
Apakah AI Mampu Menjawab Tantangan Marketing?
Contoh penggunaan AI di platform Netflix dengan memberikan rekomendasi konten serupa. (Foto: tangkapan layar Netflix)

KBR, Jakarta- Pernahkah kamu bertanya bagaimana sebuah perusahaan bisa terus menerus membuat konten marketing yang menarik pelanggan? Selain ide kreatif dari para marketer, ada campur tangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di sana. Hal ini diamini Digital Marketer asal Medan yang bekerja di Jakarta, Nadhira menyebut, ia menggunakan AI di pekerjaan hariannya, misalnya untuk mencari ide konten di media sosial.

“AI bisa menjabarkan dengan detail ide konten yang out of the box dan belum terpikirkan sebelumnya,” jelas Nadhira.

Pemanfaatan AI kini marak dilakukan oleh markete, sebab AI dinilai dapat meningkatkan produktivitas serta membantu menyelesaikan masalah.

Tak sekadar memberikan referensi, marketer juga kerap menggunakan AI untuk menyajikan hasil riset yang relevan. Misal tren pasar dan calon pembeli, sehingga berdasarkan data yang terkumpul dapat menghasilkan gambaran konten yang diminati oleh calon kosumen.

Agar kerja AI maksimal dan sesuai yang diinginkan, pengguna perlu mempelajari cara membuat prompt yang baik. Tak hanya itu, harus ada kurasi hasil, sebab tak semua buah pikiran kecerdasan buatan sesuai. Hal ini juga diamini oleh Nadhira. Meski mendapat kemudahan keluaran AI kadang masih terlalu robotic.

“(Misalnya) untuk di copywriting, bahasa yang digunakan AI terkadang terlalu baku jika dibandingkan dengan tulisanku sehari-hari. Feel-nya kurang dapat gitu kalau dibandingkan sama nulis dari isi kepala sendiri,” kata Nadhira.

red
Perusahaan menggunakan agentic AI untuk berinteraksi dengan pelanggan. (Foto: tangkapan web Gramedia.com)


Baca juga: 

Masa Depan AI di Dunia Marketing

Sementara itu, Principle of Indonesia Applied Digital Economy and Regulatory Networks, Tuhu Nugraha mengatakan kecerdasan buatan sudah dimanfaatkan perusahaan besar untuk membantu kerja-kerja mereka. Misalnya perusahaan teknologi kerap menggunaan AI untuk menemukan pola dan kebiasaan pelanggan.

“Selama ini kita gak sadar. Sebenarnya pilihan musik, pilihan lagu yang dimunculin Netflix, di bahkan e-commerce, mau Tokopedia, mau Shopee, itu pakai AI di belakang layarnya,” jelas Tuhu.

Kini, perusahaan juga mulai memanfaatkan AI untuk kebutuhan customer service. Bentuk agentic AI yang paling banyak digunakan perusahaan berbentuk chat bot sederhana di web.

Tuhu mengatakan, tak menutup kemungkinan nanti AI bakal digunakan untuk mengelola interaksi dan hubungan dengan pelanggan, baik pelanggan saat ini maupun calon pelanggan atau customer management relationship (CMR).

"Nanti ke depan ada yang namanya agentic AI. Jadi AI-nya ini punya, jadi kayak staff-staffnya kita. Jadi AI untuk sales sendiri, AI untuk administrasi sendiri, AI untuk marketing sendiri, CRM sendiri,” ujarnya.

Tuhu bahkan memprediksi AI akan ada di tahap bisa mengambil keputusan sendiri.

“Dia cuma kasih report insight-nya harus kayak begini-gini. Dan dia bisa ambil keputusan sendiri. Dan it will be happen segera,” tuturnya.

Selaku praktisi yang bergelut di ranah AI dan marketing, ia menyambut baik penggunaan kecerdasan buatan, alasannya penggunaan AI bisa membuat operational cost perusahaan menjadi lebih murah.

“(Kalau) customer service-nya pakai, dia pakai chatbot yang bisa ngajakin ngobrol, konsumennya bisa dibujuk sehingga mau membeli. Bisa lebih efisien,” katanya.

Dengarkan penjelasan lengkap soal marketing dan AI di Uang Bicara episode Merevolusi Strategi Marketing dengan AI.

Baca Juga:

marketing
artificial intelligence
AI

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...