Pemerintah Provinsi Maluku melakukan koordinasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana tsunami seperti yang disampaikan penelitian pakar gempa, Prof. Ron Harris dari Brigham Young University, Utah, Amerika Serikat belum lama ini.
Penulis: Radio DMS
Editor:

KBR68H, Ambon - Pemerintah Provinsi Maluku melakukan koordinasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana tsunami seperti yang disampaikan penelitian pakar gempa, Prof. Ron Harris dari Brigham Young University, Utah, Amerika Serikat belum lama ini.
Sekretaris Daerah Maluku Ros Far Far mengatakan, Pemprov akan melakukan rapat koordinasi dengan para pakar dari lembaga berkompentsi, untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika terjadi gempa. Ia berharap masyarakat tetap tenang dan tidak panik dengan isu tersebut.
Sebelumnya pakar geologi Prof. Ron Harris mengatakan tsunami diprediksi kuat bakal melanda Ambon. Skalanya diperkirakan sama dengan tsunami di Banda Aceh 2004 lalu. Ini terjadi akibat siklus tektonis yang terjadi sekali dalam beberapa ratus tahun.
Guru besar geologi yang meneliti gempa berdasarkan data geologi dan arkeologis itu menyatakan, akan ada “next Banda Aceh” (Banda Aceh berikutnya) di Ambon dan pulau-pulau sekitarnya dengan ancaman gempa di atas 8 skala richter. Ini disebabkan oleh akumulasi energi di pertemuan tiga lempeng kulit bumi.
Menurutnya akumulasi akibat gerakan lempeng Pasifik mendorong lempeng Eurasia. kecuali lempeng Indo-Australia yang cenderung pasif. Aksi dorong kedua lempeng berakibat terkumpulnya energi yang siap terlepas dan menimbulkan gempa dahsyat.
Gerakan lempeng Pasifik yang menekan Eurasia berlangsung setiap hari. Itulah sebabnya, gempa kecil intens terjadi setiap hari beberapa kali, meski tidak dirasakan, kecuali dengan seismograf, alat pengukur gempa.
Ron Harris-lah yang meramalkan terjadinya gempa di Sumatera, yang akhirnya terjadi di Banda Aceh tahun 2004. Dalam risetnya tentang patahan Sumatera, dia mengingatkan dalam papernya yang terbit tahun 1997. “Akan ada bencana besar di Sumatera karena adanya patahan aktif.”
Pekan lalu, Ron Harris dan dua ahli geologi lainnya Rachel dan Nicole masing-masing dari Amerika dan Australia mengakhiri penelitiannya di Maluku. Mereka melakukan penggalian di pemukiman penduduk di pesisir pantai Galala untuk menghimpun data geologi dan arkeologi terkait “Air Turun Naik Galala” yang terjadi tahun 1952 silam.
Dari catatan sejarah gempa, yang diperoleh di Belanda, Ron Harris dan tim terkejut kalau Maluku pernah diserang oleh badai gempa di masa lalu.
Tercatat sebanyak 23 gempa besar diantaranya banyak menimbulkan tsunami. Terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1600-1800. Dia memprediksi badai tersebut akan kembali terulang, sesuai siklusnya.
Kecuali gempa Galala tahun 1950 yang dinilai relatif misterius, karena hanya melanda desa itu. Gempa besar terakhir dengan gelombang tsunami menghantam Pulau Ambon terjadi tahun 1852, yang mana air naik setinggi 14,5 meter. Seluruh bangunan di Kota Ambon rata bersama tanah, dari pantai hingga kawasan Batugajah Atas, lokasi Makorem 151/Binaya saat ini.
Jika terakhir melanda Ambon tahun 1852, maka sesuai siklus 150 tahun sekali, maka sekarang ini, pulau Ambon dan sekitarnya sudah berada di dalam siklus tersebut.
Ron Harris menyatakan, korban akibat tsunami harus dicegah. Seperti di Aceh, meski risetnya sudah terbit beberapa tahun sebelum itu terjadi, tapi akuinya tak berguna. Banyak orang mati, karena ketidaktahuan informasi atau awam soal tsunami.
Dia menyatakan penyesalannya terhadap banyaknya korban yang mestinya bisa dikurangi itu. Yang dia katakan sebagai akibat kurang gencarnya dia mensosialisasikan hal ini kepada masyarakat di Sumatera. Ron Harris pun mengatakan, dia tidak ingin hal yang sama terulang di Maluku. “Saya boleh gagal di Aceh, tapi saya tidak boleh gagal di Maluku,” tuturnya.
Baca: Peneliti: Tak Ada Data Sahih tentang Kemungkinan Tsunami di Ambon
Sumber: Radio DMS
Editor: Anto Sidharta