indeks
Fit and Proper Test Capim KPK, DPR Dituntut Fokus Rekam Jejak hingga Loyalitas Ganda

"Menguliti proses pemilihan ini dengan cara memilih mereka yang pertama, rekam jejaknya baik tidak ada masalah ataupun cacat di masa lalu,"

Penulis: Shafira Aurel

Editor: Resky Novianto

Google News
capim
Poengky Indarti, Capim KPK 2024-2029 saat mengikuti Fit and Proper Test di DPR RI, Senin (18/11/2024). Tangkapan Layar Youtube Komisi III DPR RI Channel

KBR, Jakarta- Bekas penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo Harahap meminta Komisi III DPR untuk menguliti rekam jejak kandidat calon pimpinan (capim) dan Dewan Pengawas (Dewas) KPK periode 2024-2029.

Menurut Yudi, hal ini menjadi penting sebagai langkah awal untuk mencegah terpilihnya kandidat bermasalah seperti bekas Ketua KPK, Firli Bahuri. Selain itu, rekam jejak juga dinilai lebih penting ketimbang membahas kemampuan para calon.

"Menguliti proses pemilihan ini dengan cara memilih mereka yang pertama, rekam jejaknya baik tidak ada masalah ataupun cacat di masa lalu. Kemudian yang kedua tentu integritasnya sudah teruji dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Ketiga, tidak pernah mempunyai permasalahan etik apalagi pidana. Keempat, tidak pernah terlibat apapun dalam suatu kasus korupsi. Kelima, prestasi kerjanya notabene diakui," ujar Yudi kepada KBR, Senin (18/11/2024).

Yudi juga mendorong agar capim dan cadewas KPK yang terpilih benar-benar bisa bekerja nyata untuk memperkuat aksi-aksi pemberantasan korupsi.

"Harus orang yang mempunyai komitmen tinggi dan independensi untuk membawa KPK kembali berprestasi dalam memberantas korupsi. Hingga meraih kepercayaan publik kembali. Yang saat ini kita tahu kepercayaan publik atau masyarakat semakin menurun seiring kinerja KPK yang lebih banyak kontroversi dibandingkan memberantas korupsi," ucapnya.

Baca juga:

Jelang Fit and Proper Test Capim KPK, Ini Pesan Pukat UGM kepada DPR

Sementara itu, Dewan Penasihat “IM57 Plus Institute” Praswad Nugraha meminta DPR untuk tidak memilih capim KPK yang memiliki loyalitas ganda. Kata dia, loyalitas ganda akan membuat KPK tidak independen dan mudah diintervensi.

Praswad juga khawatir jika hal itu makin melemahkan kerja-kerja lembaga antisurah tersebut dalam memberantas korupsi.

'IM57 Plus Institute' merupakan wadah bagi puluhan eks pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaaan (TWK).

"Pertama yang harus benar-benar diantisipasi adalah loyalitas ganda dari calon-calon pimpinan KPK. Karena hal ini menjadi satu bahaya laten yang selalu terjadi pada setiap era periode kepemimpinan KPK. Akan sangat sulit bagi kemudian seorang pimpinan KPK jika dia memiliki dua loyalitas. Hal-hal seperti ini yang kemudian harusnya diantisipasi. Karena isu independensi menjadi sia-sia, dan hanya menjadi sekedar omong kosong belaka jika para pimpinannya tidak memiliki loyalitas yang tunggal," ujar Praswad kepada KBR, Senin (18/11).

Praswad mendesak para aparat penegak hukum yang lulus tes calon pimpinan KPK periode 2024-2029 untuk mundur dari instansinya.

"Jangan membuat ini semakin parah dan kejadian Firli Bahuri kembali. Mundurlah dari lembaga asal," ucapnya.

Adapun, saat ini Komisi III DPR tengah menyelenggarakan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) capim dan cadewas KPK yang berlangsung pada 18-21 November 2024.

Berikut nama Calon Pimpinan KPK

1. Agus Joko Pramono
2. Ahmad Alamsyah Saragih
3. Djoko Poerwanto
4. Fitroh Rohcahyanto
5. Ibnu Basuki Widodo
6. Ida Budhiati
7. Johanis Tanak
8. Michael Rolandi Cesnanta Brata
9. Poengky Indarti
10. Setyo Budiyanto

Berikut nama Calon Dewas KPK

1. Benny Jozua Mamoto
2. Chisca Mirawati
3. Elly Fariani
4. Gusrizal
5. Hamdi Hassyarbaini
6. Heru Kreshna Reza
7. Iskandar Mz
8. Mirwazi
9. Sumpeno
10. Wisnu Baroto

Capim KPK
DPR RI
Komisi III
Cadewas KPK
KPK

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...