Article Image

UANG BICARA

Kupas A to Z SBN Ritel bareng Kang Deni Ridwan

"SBN ritel makin menarik bagi investor muda, sebab terkenal berisiko rendah. Selain itu, berkontribusi ke pembangunan negara, dan jadi alat distribusi kekayaan. "

KBR, Jakarta - Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) mencatat peminat Surat Berharga Negara (SBN) Ritel pada 2023 mencapai Rp147,7 triliun atau naik 30% dibanding tahun sebelumnya. Melihat tren positif ini, Kemenkeu menargetkan Rp160 triliun penjualan SBN ritel pada 2024. 

Menurut Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan, pertambahan jumlah investor SBN ritel karena akses pembeliannya kian mudah. Selain itu, pandemi menjadi wake up call tentang pentingnya memiliki dana darurat. Menabung saja tidak cukup, masyarakat harus mulai berinvestasi.

“Karena untuk jangka panjang, makanya kemudian pemerintah mencoba shifting dari saving society menuju investing society. Dalam rangka menyediakan dana-dana jangka panjang untuk pembangunan,” ujar pria yang akrab disapa Kang Deni itu.

Berdasarkan catatan Kemenkeu, saat ini milenial menjadi investor terbanyak SBN ritel. Pada 2020, jumlah investor milenial naik signifikan hingga 30%.

“Karena mereka kan sangat technology savvy ya, gampang sekali mengadopsi teknologi baru,” ujarnya.

Pertumbuhan SBN Ritel dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa Indonesia sudah mulai mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan mata uang asing. Deni mengatakan, 80-85% SBN diterbitkan dalam mata uang rupiah.

“Dengan kita prioritaskan penerbitan di dalam negeri, kemudian di dalam negeri pun 80% adalah investor lokal, artinya Rp400 triliun ini yang menikmati adalah kita-kita juga. Makanya ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan kita punya visi bagaimana menjadikan SBN ritel ini sebagai alat negara untuk distribusi kekayaan,” kata Deni.

Baca juga: Green Sukuk: Peran Keuangan Islam Selamatkan Lingkungan 

    Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan mengatakan investor SBN Ritel semakin meningkat karena banyak masyarakat lebih sadar soal dana darurat. (Foto: Dok pribadi)

    Deni memaparkan tiga keuntungan berinvestasi di SBN Ritel. Pertama, risiko gagal bayar minim. Selama negara ini berdiri, uang investor tidak akan hilang karena dijamin undang-undang.

    Kedua, likuiditas. Deni menyebut SBN ritel relatif mudah dicairkan jika sewaktu-waktu investor membutuhkan uang tunai. Makanya, instrumen ini cocok jadi tempat menyimpan dana darurat.  

    "Belilah SBN yang ritel yang tradable, boleh ORI kalau yang konvensional atau SR untuk yang syariah," ujarnya. 

    Ketiga, investor bisa memanfaatkan capital gain dari penjualan SBN ritel fixed rate di secondary market.  

    “Contoh kita beli yang fixed rate di level 6%, misalnya ternyata di market turun menjadi 5,5 kita menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi artinya bisa dijual dengan harga yang premium,” papar Deni.

    Deni mendorong anak-anak muda untuk berinvestasi di SBN Ritel. Selain karena harganya terjangkau, investor juga ikut berpartisipasi untuk pembangunan negara. Sebab, investasinya langsung masuk ke rekening kas umum negara.

    “Yang membedakan SBN dengan jenis investasi yang lain adalah kita tidak hanya punya cuan, tapi juga bisa berpartisipasi dalam pembangunan nasional, kita membantu keuangan negara,” pungkas Deni.

    Dengarkan Uang Bicara episode bersama Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan di KBR Prime, Kupas A to Z SBN Ritel bareng Kang Deni RidwanSpotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.