NASIONAL

Perang Dagang Terjadi, Prabowo Minta Sri Mulyani Bersiap

"Perang dagang terjadi. Kalau kita biasanya mengenal perang militer, ini perang dari yang terjadi. Satu negara secara unilateral melakukan tarif untuk men-charge lebih tinggi,"

AUTHOR / Wahyu Setiawan

EDITOR / Resky Novianto

Google News
SRIMUL
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Presiden Prabowo Subianto mengingatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap diri menyikapi perang dagang yang terus terjadi. Peringatan dari Prabowo itu diungkap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita, Kamis (13/5/2025).

Bendahara negara awalnya menyinggung perubahan perekonomian dunia setelah Donald Trump menjabat presiden Amerika Serikat. 

Sebagai negara dengan ekonomi kuat, Sri Mulyani menyebut kebijakan pengenaan tarif impor yang diterapkan Trump menimbulkan sentimen negatif terhadap perdagangan dunia.

"Ini tentu memberikan implikasi sangat besar sangat fundamental. Dan oleh karena itu Presiden Prabowo selalu mengingatkan kita harus menyiapkan diri, menguatkan diri, karena dunia memang tidak dalam situasi yang biasanya kita kenal menjadi sangat unilateralis dan harus mampu kita jaga kedaulatan dan kepercayaan Indonesia," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan kebijakan pengenaan tarif impor Amerika Serikat justru membuat negara lain bereaksi.

Tiongkok kini membalas dengan menaikkan tarif 15 persen impor baru bara dan LNG dari Amerika. Kanada dan Meksiko juga menerapkan langkah serupa.

"Perang dagang terjadi. Kalau kita biasanya mengenal perang militer, ini perang dari yang terjadi. Satu negara secara unilateral melakukan tarif untuk men-charge lebih tinggi, negara lain melakukan retaliasi. Jadi medan perangnya ada di perekonomian," ujarnya.

Baca juga:

Jaga Harga Pangan hingga Lebaran, Sri Mulyani: Luar Biasa Stabil

APBN Februari 2025 Defisit Rp31,2 Triliun

Sri Mulyani mengakui perang dagang akan memengaruhi perekonomian negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Apalagi Trump spesifik mengincar negara-negara yang perdagangannya terhadap Amerika Surplus.

"Ini adalah yang harus kita sekarang teliti dan waspadai. Kalau diberlakukan kebijakan tarif kepada semua negara surplus, Indonesia ada di dalam ranking 15. Dan ini akan berpotensi menciptakan tadi biaya dari supply chain sektor manufaktur dan terutama untuk sektor digital yang akan meningkat," katanya.

"Rantai pasoknya juga akan mengalami disrupsi, harga komoditas mengalami volatilitas, dan sentimen market akan terus-menerus terayun-ayun seperti yang terjadi pada minggu-minggu atau satu bulan terakhir," imbuhnya.

Sri Mulyani memastikan situasi ini akan terus disikapi dengan hati-hati. 

Dia menekankan, pemerintah akan menjaga momentum PMI manufaktur dan menjaga ekspor dengan negara yang tidak terlibat perang dagang.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!