NASIONAL

Kunjungan Paus ke Indonesia, PBNU: Momentum Kerja Sama

"Momentum agar organisasi-organisasi agama maupun tokoh agama di Indonesia membangun kesadaran dan kerja sama yang lebih luas"

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

EDITOR / Rony Sitanggang

Kunjungan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus melambaikan tangan saat melintasi kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (03/09/24). (Antara/Dhemas Reviyanto)

KBR, Jakarta-  Ketua Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU) Bidang Hukum dan Media, Savic Ali mengatakan seiring dengan kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia memang masih ada kasus pelanggaran terhadap kebebasan beribadah.  Savic mengatakan masih adanya pelanggaran itu karena pemerintah belum satu kesepahaman terkait tafsir kebebasan beribadah yang sebenarnya dijamin Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

Belum satu pemahaman itu terlihat dalam Rancangan Perpres tentang Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyatakan bakal menghapus rekomendasi pendirian rumah ibadah dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sehingga nanti cukup ke Kementerian Agama (Kemenag) sehingga pendirian rumah ibadah akan lebih mudah.

Namun hal itu ditolak Wakil Presiden Maruf Amin Ia menegaskan bahwa proses pendirian rumah ibadah tidak terjadi begitu saja, namun melalui hasil diskusi-diskusi yang kemudian tertuang dalam peraturan bersama.

“Itu kan sebuah langkah penting di mana memang kalau itu urusannya untuk beribadah yang dijamin konstitusi ya harusnya bukan hanya dibolehkan tapi difasilitasi oleh negara jadi undang-undang atau peraturan yang membatasi orang untuk melaksanakan ibadah sudah semestinya dihapus,” ucapnya kepada KBR, Selasa (3/9/2024).

red

Paus Fransiskus tiba dari Vatikan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (03/09/24). (Antara/Muhammad Iqbal)

Baca juga:

Ketua  PBNU  Bidang Hukum dan Media, Savic Ali menambahkan datangnya Paus Fransiskus ke Indonesia dapat menjadi momentum agar organisasi maupun tokoh agama di Indoenesia bisa berkolaborasi untuk memecahkan masalah seperti perang, kekerasan, kemiskinan, kebodohan.

“Karena persoalan-persoalan ini tidak bisa hanya dserahkan ke negara, kita tahu kalau salah satu sumber peperangan hari ini itu negara atau politisi-politisi yang memegang negara sementara tokoh-tokoh organisasi sama relatif terpinggirkan,” ujarnya.

“Saya kira sekarang waktunya dengan Paus berkunjung datang ke Indonesia itu sebagai momentum agar organisasi-organisasi agama maupun tokoh agama di Indonesia membangun kesadaran dan kerja sama yang lebih luas dengan Gereja Katolik,” jelasnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!