Article Image

SAGA

Cara Unik Hotel di Bandung Olah Sampah Mandiri

"Hotel Grand Tjokro Premiere, Bandung, punya cara unik dan kreatif dalam pengeloaan sampah mandiri dan terintegrasi. "

Pusat pengolahan sampah organik di Hotel Grand Tjokro Premiere, Bandung, Jawa Barat. (Foto: KBR/Astri)

KBR, Bandung - Hotel Tjokro Premiere, Bandung, Jawa Barat terkenal punya fasilitas unik dan kreatif, yakni kebun binatang mini (mini zoo). Pilihan lokasinya pun menarik di atap atas (rooftop) hotel.

Di sana, dibangun taman nan asri dengan aneka tanaman sayur dan bunga. Tampak pula beberapa kandang yang dihuni bermacam hewan, seperti sapi, kelinci, domba, kuda poni, merpati, hingga burung hantu.

Hotel tak khawatir dengan kotoran yang dihasilkan hewan-hewan di mini zoo. Sebab, menurut Sahmad, resident manager Hotel Grand Tjokro Premiere, Bandung, pihaknya sudah menjalankan sistem pengelolaan sampah berbasis sumber.

"Saya 2020 masuk ke sini. Salah satu yang diminta manajemen adalah untuk pengelolaan sampah ini,” kata Sahmad.

Seluruh sampah organik diolah sendiri oleh hotel. Kotoran hewan dari mini zoo dijadikan pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan, sampah makanan diurai dengan memanfaatkan maggot, sejenis larva.

“Sayangnya 2020, Maret itu ada pandemi. Yang sudah kita rintis pun terutama pengelolaan organik menjadi maggot itu, awalnya nggak berjalan karena memang nggak ada tamunya, berkurang drastis," lanjut Sahmad.

Setelah pandemi berakhir, hotel melanjutkan pengelolaan sampah mandiri, dengan menggandeng Komunitas Maggot Priangan Timur. Sampah hotel bisa direduksi dengan cepat, tidak berbau, dan menghasilkan pupuk organik. Larva maggot bisa pula dimanfaatkan untuk pakan hewan di mini zoo.

“Tim kami di hotel, jujur tidak ada yang expert (mengelola sampah) tidak ada yang tahu bagaimana maggot dan lain-lain. Waktu itu belum ada gambaran, makanya dengan kerja sama itu dimulailah bertahap," ungkap Sahmad.

Baca juga: SEKA Pontianak: Semai Kerukunan, Lestarikan Lingkungan

Beberapa pengunjung Hotel Grand Tjokro Premiere, Bandung, berkeliling di area mini zoo. Pengelolaan limbah di mini zoo terintegrasi dengan pengolahan sampah hotel. (Foto: KBR/Astri)

Maggot-maggotnya pun mendapat makanan bernutrisi, sehingga lebih menguntungkan untuk dijual, kata Kang Dadi dari Komunitas Maggot Priangan Timur

“Maggotnya lebih ginuk-ginuk, lebih baguslah dibanding pakan-pakan dari sampah, lebih premium, harga jual jauh lebih tinggi Rp6000 - Rp8000, kalau yang kering Rp50 ribu. Dan jauh lebih pendek di siklusnya, kalau sampah pasar, dia lebih panjang, bisa sekitar 20 hari ke atas. Kalau di sini 14-15 hari kadang sudah siap panen." terang Kang Dadi.

Hotel menyediakan tempat untuk pengolahan sampah dengan maggot. Hal ini mempermudah komunitas membudidayakan maggot.

“Jadi di rata-rata (sampah organik) sekitar 200-an (kg). Dari siang sampai malam, tapi ngasih makan (maggot) biasanya pagi sama sore sebelum pulang kita kasih makan dulu, jadi 6 tong itu semuanya,” tutur Kang Dadi.

Sahmad mengatakan, setiap hari hotel menghasilkan 460 kilogram sampah. Sebanyak 90 persen di antaranya adalah sampah organik yang sudah mampu dikelola sendiri.

Sampah anorganik akan dipilah dan dijual setiap dua kali sepekan. Sampah plastik bisa didaur ulang dengan teknik ecobricks, menghasilkan bata plastik, untuk dinding atau fondasi bangunan.

“Sebelumnya kami tidak tahu apa itu ecobricks, karena tiap hari kan masih sampah-sampah botol. Selain kami lepasin labelnya, kami pisahin tutupnya kemudian label-labelnya inilah yang kami kumpulkan beserta plastik-plastik yang lain untuk kami jadikan ecobricks," ujar Sahmad.

Baca juga: Pilah Sampah Mandiri, Warga Sukaluyu Tak Terdampak Kebakaran TPA Sarimukti

Sahmad, resident manager Hotel Grand Tjokro Premiere, Bandung. Hotel ini sudah mulai mengolah sampah sendiri sejak 2020. (Foto: KBR/Astri).

Hotel Grand Tjokro Premier adalah salah satu dari 70-an fasilitas komersial yang didampingi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung.

Pendamping DLH Kota Bandung, Acil mendorong fasilitas komersial lain seperti restoran, mal, hingga perkantoran untuk mengolah sampah sendiri.

“Kalau ada kemauan, dia menyiapkan SDM, prasarananya juga, insya Allah minimal berkurang banyaklah dibanding kalau mereka prosesnya hanya kumpul, angkut, buang. Sekarang mungkin pilah, olah, dan manfaatkan. Kita terus-terusan mengedukasi, mengubah mindset,” kata Acil.

Meski sudah dianggap teladan untuk praktik pengolahan sampah mandiri, masih ada pekerjaan rumah yang mesti digarap Hotel Grand Tjokro Premier Bandung, kata Sahmad. Yakni, bagaimana menangani sampah residu, yang saban harinya mencapai 4 kilogram.

“Kami masih intens ngobrol dengan DLH, bagaimana residu yang selalu dihasilkan yang tidak masuk ke mana-mana? Jadi angan-angan zero waste, sementara ini masih menjadi mimpi, karena satu keinginan besar penginnya (sampah) benar-benar habis, tetapi faktanya memang saat ini masih kami buang," tutup Sahmad.

Penulis: Astri Yuana Sari

Editor: Ninik Yuniati