indeks
Ancaman Bahaya Lemak Trans di Makan Bergizi Gratis

“Ini menjadi hidden danger atau ancaman yang tersembunyi yang biasanya dimakan lebih banyak oleh anak-anak."

Penulis: Hoirunnisa

Editor: Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika

Google News
Ancaman Bahaya Lemak Trans di Makan Bergizi Gratis
Kepala BGN Dadan Hindayana (kanan). Foto: ANTARA. Grafis: Raihan/KBR

KBR, Jakarta - Fitri –bukan nama sebenarnya– tersenyum ketika kami mengeluarkan sejumlah makanan ringan dan meletakkannya di atas meja. Bocah kelas 2 SMP itu ingat, pernah mendapatkannya dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Dapat, suka, paling suka ini sih,” katanya sambil menunjuk biskuit di meja.

“Paling disukai susu sama biskuit. Karena susu campur biskuit dicocol jadi enak, gitu,” imbuhnya.

Fitri senang karena bisa menghemat uang jajan.

“Kalau ini, kan, bisa dibawa ke rumah, jadi dimakan sama keluarga.” 

“Ada biskuit marie, ada kacang, ada susu, kismis, biskuit berselai. Tapi semua menunya aku senang sih,” katanya.

Siswi di salah satu sekolah negeri di Jawa Barat ini sesekali hanya tertawa kecil saat kami tanya.

Dengan polos, dia menjawab semua makanan dalam menu MBG sudah pasti menyehatkan.

“Masuk kayaknya (ke makanan bergizi). Karena mengandung susu,” tuturnya singkat.

Makanan kemasan dalam program MBG yang dibagikan ke salah satu sekolah di Jawa Barat. (KBR/Hoirunisa)

Namun, bagi orang tua seperti Yuli –bukan nama sebenarnya– makanan-makanan itu tak seharusnya masuk menu MBG.

Yuli gusar karena anaknya pernah menerima makanan ringan dalam kemasan di menu MBG. Dia menyaksikan sendiri saat diminta membantu mendistribusikan MBG di sekolah saat hari libur.

“Katanya, seluruh korlas (koordinator kelas) suruh ikut bantu (distribusi). Akhirnya kami ke sana. Kayak begini, ini namanya snack, snack ulang tahun, aku gituin.

“Apa sih singkatannya? Makanan bergizi gratis, itu memang ada bergizinya? Enggak ada, kan? Susu, biskuit, minuman sereal, kacang atom, itu, kan, enggak bergizi,” ucap ibu dua anak ini kepada KBR.

Baca juga: Karut-marut "Dapur" Pengelolaan Anggaran MBG

Yuli protes ke wali kelas anaknya.

“Aku komplain, 'Bu ini, namanya snack, kalau gitu,' Gimana sih? Gibran nih, Pak Prabowo, makan gratis kayak gini,” ucapnya kesal.

Yuli makin kecewa sekaligus heran dengan jawaban si guru, yang mengaku tak tahu-menahu murid bakal mendapat snack di menu MBG hari itu.

“Komplain tuh sampai viral, kan? gara-gara kenapa MBG-nya kayak gitu,” kata Yuli.

red
Sumber: WHO | Grafis: KBR/Raihan

Berlapis Bahaya Mengintai

Kegusaran Yuli berdasar. Biskuit dalam kemasan dan kacang atom termasuk makanan ultra-proses (ultra-processed foods/UPF). Ini adalah jenis produk makanan yang sudah melalui serangkaian tahapan, hingga siap disantap konsumen.

Ada penambahan garam, gula, perasa, pewarna, dan pengawet, supaya rasanya lebih lezat.

Dalam proses produksinya, kerap menggunakan minyak terhidrogenasi, sehingga tinggi kandungan lemak transnya.

Baca juga: Masalah Terus Berulang, Mungkinkah Program MBG Dihentikan?

Minyak terhidrogenasi adalah minyak nabati cair yang sudah berubah bentuk menjadi lemak padat atau semi-padat.

Akibatnya, makanan ultra-proses berpotensi berdampak buruk ke kesehatan ketika dikonsumsi berlebihan. Misalnya, bisa memicu obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga kanker.

Namun, sesungguhnya bahaya yang mengintai tak hanya itu. Ancamannya bisa berlipat jika makanan ultra-proses tersebut mengandung lemak trans tinggi.

Lemak trans merupakan asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, penyakit jantung koroner telah mengakibatkan sekitar 500.000 kematian secara global setiap tahun.

Kondisi ini menjadi perhatian serius Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), yang turut memantau pelaksanaan MBG. CISDI pun menemukan banyak sekolah menerima paket MBG berisi makanan ultra-proses seperti sereal instan, biskuit kering, hingga susu kemasan berperisa.

“Bahwa ada makanan yang dikemas dalam kemasan dan dia ultra-processed yang artinya tinggi lemak transnya. Dan kita bisa lihat ya, apa yang ada di lapangan itu cukup untuk kita tahu bahwa begitu memang keadaan program atau kualitas makanan yang diberikan dalam program MBG,” kata Diah Saminarsih, pendiri dan CEO CISDI.

Berkaca dari berbagai temuan tersebut, Diah berpandangan, program andalan Presiden Prabowo Subianto ini masih punya masalah serius.

Baca juga: Pakar Jelaskan Mengapa Sebagian Publik Skeptis dengan Klaim Pidato Presiden Prabowo

“Anak-anak yang obesitas itu karena penumpukan trans fat yang sangat-sangat banyak, yang berasal terutama dari ultra-processed atau makanan yang juga digoreng dengan minyak-minyak yang sulit untuk dicerna oleh badan,” ungkap Diah.

Pendiri CISDI Diah Saminarsih. (KBR)

Dalih

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana berkilah makanan kemasan diberikan hanya di masa libur sekolah, karena tahan lama. Dadan mengklaim sudah ada panduan untuk dapur umum soal apa saja isi paket MBG sewaktu sekolah libur.

“Arahannya, susu, telur rebus, buah, kacang-kacangan, baru roti atau kue fortifikasi. Jadi kalau SPPG-SPPG (dapur umum) yang ikut, pasti begitu isinya,” kata Dadan, usai Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi X DPR RI, Juli lalu.

Di sisi lain, Dadan mengakui, tak semua dapur umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mematuhi panduan tersebut.

“Ada SPPG yang ingin praktis, dia kasih lima hari, akhirnya yang lima hari pilihannya pasti makanan-makanan yang tahan lama. Nah, kami sebetulnya dalam jangka panjang mendorong SPPG membuat inovasi produk yang berkualitas, gizi bagus, tapi bisa tahan dua hari. Tapi itu, kan, butuh waktu,” katanya.

Salah satu SPPG yang diwawancara KBR, bilang, hanya mengandalkan pengetahuan pribadi untuk menyusun menu MBG. Mereka sempat menunjukkan tumpukan dokumen yang diklaim sebagai standar operasional prosedur (SOP) dan aturan penyediaan makanan bergizi. Namun, tidak ada petunjuk yang spesifik mengatur makanan ultra-proses maupun lemak trans.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memberikan sambutan saat acara peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) TNI AU di kawasan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (6/8/2025). ANTARA FOTO/Fauz

Abai

Masuknya aneka produk makanan ultra-proses dan berpotensi tinggi lemak trans ke menu MBG, mengindikasikan pemerintah abai  dengan ancaman bahayanya ke kesehatan anak.

Pemerintah pun tak kunjung membuat regulasi teknis yang khusus mengatur kadar lemak trans dalam produk makanan.

Padahal, sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

“Aturan mengenai gula, garam, lemak tinggi ini belum ada. Jadi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengiyakan atau memberikan sebuah keputusan 'iya', itu bukan berdasarkan sebuah regulasi yang tertulis jelas bahwa untuk Indonesia konsumsi gula tidak boleh lebih dari sekian persen, garam sekian persen, lemak sekian persen,” jelas Diah.

WHO sebetulnya punya rekomendasi soal kadar lemak trans yang diperbolehkan dalam pangan, yakni kurang dari 2 gram per 100 gram total lemak.

Pada 2024, WHO menemukan 10 persen produk makanan di Indonesia mengandung kadar lemak trans melebihi batas aman.

“Kalau kita suka bilang kolesterol tinggi, itu adalah salah satu bentuk manifestasi dari lemak jenuh yang terlalu banyak kita konsumsi, sehingga dia menaikkan kolesterol yang jahat,” kata Diah.

Sialnya, tidak semua perusahaan makanan kemasan menampilkan berapa kandungan lemak trans dalam produk mereka.

Realita lain yang menyedihkan adalah belum ada laboratorium di Indonesia yang mampu mendeteksi kandungan lemak trans secara rinci pada makanan.

red
Grafis: KBR/Raihan

Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan dari IPB Nuri Andarwulan berharap pemerintah memberikan insentif ke laboratorium-laboratorium agar mau mengembangkan metode analisis lemak trans.

“Jadi kalau regulasinya ditetapkan oleh pemerintah, analisisnya harus establish. Nah, laboratorium semua harus disiapkan,” kata Nuri.

Ketua Tim Kerja Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan Fatcha Nuraliyah mengklaim aturan itu tengah digodok.

“Karena PP itu, kan, banyak ya, ada ratusan pasal. Perpres-nya banyak juga, bisa ratusan pasal, jadi membuat PP saja berapa tahun, mungkin sekitar 3-4 tahun. Semua aturan harus diatur secara hati-hati karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Jadi tidak boleh terburu-buru,” ujar Fatcha saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/7/2025).

red
Sumber: WHO | Grafis: KBR/Raihan

Rentetan problem di hulu, mulai dari rendahnya komitmen pemerintah, ketiadaan aturan, hingga minimnya infrastruktur pastinya berdampak ke hilir.

Masyarakat sebagai konsumen menjadi korban karena dibanjiri produk-produk makanan ultra-proses yang berpotensi mengandung lemak trans tinggi.

Ironisnya, makanan yang sama disajikan untuk anak-anak sebagai menu Makan Bergizi Gratis.

Pendiri CISDI Diah Saminarsih prihatin karena situasi ini meningkatkan risiko anak terpapar penyakit sejak dini.

“Ini menjadi hidden danger atau ancaman yang tersembunyi yang biasanya dimakan lebih banyak oleh anak-anak. Nah, kalau dari kecil sudah menumpuk ke pola konsumsi yang salah, maka dia akan sakit kardiovaskular atau sakit kronis itu pada saat usia dia remaja atau bahkan berusia muda,” kata Diah.

Mestinya program MBG bisa membangun kebiasaan anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi, tetapi...

“Ini urusan yang amat serius, karena pada saat di usia krusial, di mana kita membentuk pola makan dan pola konsumsi anak, kita justru memberikan contoh bahwa makanan bergizi itu seperti ini, yang ada dalam kemasan, yang trans fat-nya tinggi,” kritik Diah.

Penulis: Hoirunnisa

Editor: Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika

Kesehatan
makan bergizi gratis
Presiden prabowo

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...