NUSANTARA
Warga Pasang Spanduk Tolak Politik Uang di Pilkada Rembang
Ia memperkirakan, APBD akan semakin terseok-seok dan akhirnya masyarakat terkena getahnya.
AUTHOR / Musyafa
-
EDITOR / R. Fadli
KBR, Rembang – Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dikhawatirkan bakal menjadi ajang praktik politik uang (money politics) secara masif.
Abdol Aziz, dari Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengaku, dirinya termasuk yang mendengar kabar semacam itu.
Ia pun terang-terangan memasang spanduk di tempat-tempat strategis, menyampaikan seruan politik untuk mempertimbangkan kekhawatiran jangan sampai terjadi money politics.
Kalaupun ada politik uang, menurut Aziz, tetap harus terukur dan terkendali.
“Para calon supaya mempertimbangkan untuk tidak jor-joran, kalau kita dengar informasi yang berkembang, arahnya kan begitu. Harapan kita yang terukur dan terkendali amplopnya, karena money politics tampaknya tidak bisa kita hindari,” ujarnya, Selasa (12/11/2024).
Aziz menyebut, kalau politik uang marak, maka rawan berdampak buruk terhadap kondisi anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Rembang yang relatif rendah, bahkan jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain.
Ia memperkirakan, APBD akan semakin terseok-seok dan akhirnya masyarakat terkena getahnya.
“Saya khawatir dengan masa depan pemerintahan yang akan melaksanakan tugas-tugas politik lima tahun kedepan. Perjalanan pemerintahan akan terseok-seok, karena faktor kemampuan APBD kita relatif rendah. Makanya di spanduk saya itu, saya sampaikan ampun jor-joran amplop nggeh. Mesake APBD ne, mesake kota santrine, demi Rembang Tangguh, demi Rembang Harmonis,” imbuh Aziz.
Aziz yang merupakan bekas anggota DPRD Jawa Tengah dari PPP ini menimpali, politik uang akan membuat pasangan calon terpilih, cenderung akan berhitung, untuk mengembalikan modal.
“Pasti ada hitung-hitungannya, ada konsekuensi cost yang harus ditanggung oleh calon, pasti itu,” bebernya.
Pertemukan Dua Tokoh
Di sisi lain, masih banyak masalah yang harus diselesaikan, terutama jalan rusak dan peningkatan infrastruktur. Dengan kemampuan kapasitas keuangan APBD hanya kisaran Rp400 miliar, akan berdampak luas kepada masyarakat.
Aziz kembali mengingatkan bahwa Rembang Kota Santri yang agamis. Tapi Rembang justru dikenal sebagai daerah yang konon memulai politik uang, anggapan ini menurutnya sangat ironis.
“Banyak pesantren, banyak kiai, ini faktor penting yang harus diingat. Soalnya Rembang kan sudah terkenal agak lama, konon bahkan dikenal sebagai kabupaten yang memulai tradisi money politics. Rembang yang Kota Santri itu ternyata praktek politiknya, jauh dari nilai-nilai etik,” sorot pria yang akrab disapa Gus Aziz ini.
Jika politik uang sulit dihindari, Abdol Aziz mengusulkan wacana pertemuan dua tokoh, yakni Harno (calon Bupati 02) dan Atna Tukiman (ayah dari calon Bupati 01, Vivit Dinarini) bisa bertemu, guna menyamakan pandangan menyikapi fenomena politik uang.
“Kita sih berharap enggak ada politik uang, tapi sulit ditengah masyarakat yang permisif. Yang kita takutkan jor-joran, ini yang harus dicegah. Waktu saya ketemu dengan Pak Atna ketika silaturahim ke rumah, ya saya sampaikan kuncinya Pak Atna dan Pak Harno bisa rembug-rembug, bagaimana baiknya, sepakat terukur dan terkendali,” pungkasnya.
Baca juga:
Ganggu Pasien, Kampanye di Depan Puskesmas Rembang Dihentikan Bawaslu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!