NUSANTARA

Upaya Kemenkes Berantas Demam Berdarah dengan Nyamuk Wolbachia

Kementerian Kesehatan menggelontorkan dana Rp16 miliar untuk uji coba inovasi nyamuk Wolbachia.

AUTHOR / Hoirunnisa

Upaya Kemenkes Berantas Demam Berdarah dengan Nyamuk Wolbachia
Peneliti BRIN mengamati pupa jantan nyamuk Aedes aegypti yang hendak dimandulkan di Jakarta, Jumat (10/11/2023). ANTARA FOTO/Ahmad Muzdaffar Fauzan

KBR, Jakarta - Kementerian Kesehatan menggelontorkan dana Rp16 miliar untuk uji coba inovasi nyamuk Wolbachia untuk menangani demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk ber-Wolbachia diklaim mampu menekan laju kasus demam berdarah di Indonesia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, anggaran miliaran rupiah itu dialokasikan untuk lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

Wolbachia adalah bakteri alami pada 60 persen serangga. Bakteri Wolbachia diklaim tidak menginfeksi manusia dan tidak menyebabkan manusia sakit.

Pada tahap awal, telur nyamuk Aedes Aegypti --nyamuk pembawa virus demam berdarah-- dimasukkan bakteri Wolbachia. Wolbachia yang ada dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti diyakini mampu menurunkan replikasi virus dengue. Sehingga kemampuan nyamuk sebagai penular demam berdarah bisa berkurang.

Mengutip laman Kemenkes, studi kelayakan teknologi Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta pada 2022. Hasilnya diklaim mampu menurunkan 77 persen kasus demam berdarah dan 86 persen perawatan di rumah sakit.

Kemenkes menjamin teknologi Wolbachia aman digunakan untuk menangani demam berdarah.

Menkes yakin inovasi nyamuk Wolbachia dapat jadi metode terbaru menurunkan virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti. Sebab dia menyebut, penanganan kasus DBD di Indonesia belum menekan angka secara signifikan selama 50 tahun terakhir.

"Penanggulangan larvasida, kelambu, jumantik, Combi, jadi selama 50 tahun terakhir itu pemerintah sudah melakukan segala macam intervensi dan program. Menghabiskan mungkin ratusan miliar sampai triliun. Tapi enggak turun-turun. Dan kita nggak pernah bisa menyentuh 10 per 100.000," jelas Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam rapat dengan Komisi IX, dikutip dari kanal Youtube DPR RI, Selasa (28/11/2023).

Budi menyebut, upaya yang dilakukan oleh 10 menteri kesehatan sebelumnya tidak membuahkan hasil. Kata dia, frekuensi kesakitan DBD di Indonesia berada angka 28,5 per 100.000 populasi.

"Udah diapain segala macem ratusan miliar, triliunan dengan segala program yang 10 menkes sebelumnya sudah lakukan, enggak nemu-nemu," kata Budi.

Perkuat Sosialisasi

Pemerintah diminta memperkuat sosialisasi nyamuk Wolbachia untuk menekan angka demam berdarah dengue. Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, Kemenkes perlu memberi pemahaman yang jelas kepada masyarakat supaya terhindar dari misinformasi.

"Kalau ini sudah bisa dipahami kemudian bisa menekan angka kesakitan demam berdarah maupun kematian akibat demam berdarah. Ini masih harus dijelaskan lebih luas lagi, sehingga metode ini bisa dipahami bagaimana cara kerjanya, manfaat, dampaknya. Sehingga jika sudah dipahami, mudah-mudahan kita semua bisa mendukung," Melki dikutip dari kanal Youtube DPR RI, Rabu (29/11/2023).

Dia menyebut, sudah muncul pro dan kontra terkait nyamuk Wolbachia. Sehingga pemerintah harus memberikan pemahaman yang utuh dan jelas kepada masyarakat.

Baca juga:

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!