NUSANTARA
Upaya Desa di Kulon Progo Yogyakarta Berdayakan Orang dengan Disabilitas Psikososial
Sejumlah kalurahan di wilayah DI Yogyakarta berkomitmen dan mendeklarasikan konsep Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) atau Kalurahan Siaga Sehat Jiwa.
AUTHOR / Ken Fitriani
-
EDITOR / Agus Luqman
KBR, Yogyakarta - Sejumlah kalurahan di wilayah DI Yogyakarta berkomitmen dan mendeklarasikan konsep Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) atau Kalurahan Siaga Sehat Jiwa.
Salah satunya Kalurahan Temon Wetan, di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo yang membentuk Forum Disabilitas Berdaya.
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) diartikan sebagai desa yang masyarakatnya sadar, mau, dan mampu melakukan upaya-upaya dalam kesehatan Jiwa.
Meski demikian, masih banyak Kalurahan yang belum menciptakan support sistem yang ramah pada Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP).
Lurah Temon Wetan, Puji Purwaningsih mengatakan, forum tersebut didirikan sejak tahun 2017 bersama Pusat Rehabilitasi YAKKUM guna mengakomodir ODDP yang ada di wilayahnya.
Jumlah ODPP di Temon Wetan mencapai lebih dari 20 orang. Puji mengatakan pemerintah desa merangkul ODDP tersebut dengan membangun kesadaran masyarakat agar setara dengan masyarakat lainnya.
"Untuk merengkuh ataupun bersama-sama agar seperti keluarga yang lain itu kami membentuk forum. Namanya Forum Disabilitas Berdaya. Anggotanya cacat fisik maupun cacat mental," katanya saat ditemui di Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Sleman, Kamis (24/10/2024).
Baca juga:
- Krisis Kesehatan Mental Pekerja Ancam Indonesia Emas 2045
- Urgen! Kolaborasi untuk Mitigasi Masalah Kesehatan Jiwa
Bank Sampah untuk Disabilitas Psikososial
Puji menyebut, dengan adanya forum tersebut, setiap ada kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) atau pertemuan lainnya, pihaknya mencoba untuk mendeskripsikan kebutuhan yang diperlukan oleh ODDP dengan nyaman dan diterima oleh masyarakat.
"Kemudian muncul kegiatan bank sampah yang bernama Bank Sampah Sinergi Berdaya. Itu ada SK Lurahnya sehingga kegiatan itu kami gerakkan juga melalui majelis taklim ataupun PKK untuk ikut andil dan berpartisipasi untuk keluarga kita yang tergabung dalam disabilitas agar meringankan beban dan meningkatkan kesejahteraan melalui tabungan bank sampah," jelasnya.
Kegiatan bank sampah itu berupa pemilahan sampah, membuat sabun dan lilin dari minyak jelantah atau bekas pakai dan budidaya maggot untuk pakan ternak.
Saat ini kegiatan yang sedang berlangsung adalah subsidi silang pembuatan SPAL disabilitas yang aktif di bank sampah.
"Kami menggandeng Puskesmas Temon I untuk melaksanakan kegiatan ini," ujarnya.
Puji Lestari, Lurah Temon Wetan, Kabupaten Kulon Progo, DIY. (Foto: KBR/Ken)
Meski begitu, Puji mengakui masih ada kendala untuk membangun kesadaran masyarakat agar peduli dan merangkul ODDP seperti layaknya keluarga sendiri.
"Waktu itu di wilayah kami ada satu keluarga ODDP semua. Tidak tahu caranya membersihkan rumah, merawat diri sendiri, apalagi manajemen ekomominya. Kemudian saya gerakkan di satu padukuhan itu dibantu dengan sesepuh di sana untuk membersihkan ODDP, dimandikan. Saya yang masuk ke PKK memberikan edukasi. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan momen Idul Fitri dimana akan banyak tamu yang bertandang ke rumah warga dan melewati rumah ODDP. Saya pegang perempuannya dan kemudian bagi tugas untuk bersih-bersih rumahnya, " imbuhnya.
Kegiatan tak hanya berhenti sampai di situ. Ia membagi jadwal tugas bersih-bersih rumah ODDP untuk setiap RT. Termasuk untuk manajemen keuangan ODDP, maupun bantuan logistik dari masyarakat yang dikelola oleh kader kesehatan wilayahnya.
"Ini masuk ODDP berat. Kader kesehatan juga melakukan pembukuan setiap bantuan masuk, baik berupa logistik maupun uang. Memang ODDP di keluarga itu tinggal satu, tapi manajemen keuangannya sampai saat ini masih dicatat. ODDP-nya juga kami bimbing, karena kalau dikasih uang malah dikasihkan temannya," katanya.
Puji menambahkan, kendala yang dialami juga terkait anggaran untuk memeriksakan ODDP ke rumah sakit maupun untuk dana operasional. Sebab saat itu belum ada anggaran kalurahan yang dialokasikan untuk kesehatan jiwa masyarakat sekitar.
"Kalau saat ini sudah ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalurahan (APB Kal) sehingga lebih lancar. Awalnya anggaran hanya untuk mobilitas ke rumah sakit. Sekarang sudah ada anggaran untuk kegiatan self help group (SHG), untuk pemberian makanan tambahan (PMT), untuk tali asih hari raya, untuk kegiatan forum disabilitasnya dan bank sampah," jelasnya.
Anggota Kelompok Swabatu Disabilitas Psikososial Seyegan, Ignatius Harjaka yang juga merupakan penyintas ODDP mengatakan, dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam pemulihan orang dengan disabilitas psikososial.
"Salah satu contohnya dengan tetap melibatkan orang dengan disabilitas psikososial di kegiatan masyarakat seperti gotong royong, ronda dan kegiatan lain yang membutuhkan interaksi dengan sesama, " kata Harjaka.
Baca juga:
- Hasil Skrining Kesehatan Jiwa 2023, Mayoritas Alami Gangguan Kesehatan Jiwa
- Pencegahan Bunuh Diri: Kurangi Stigma, Mulai Percakapan dan Jangan Diam
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!