NUSANTARA
Terdampak Kemarau, Enam Desa di Ngawi Krisis Air Bersih
"Kami baru 6 desa dari 23 desa yang terdampak pemetaan BPBD. Desa Jagir itu terdampaknya karena banyaknya sibel yang ditanam di sawah untuk mengairi sawah," kata Yuda.
AUTHOR / Adhima Soekotjo
-
EDITOR / Resky Novianto
KBR, Ngawi– Enam desa di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mengalami krisis air bersih sebulan terakhir karena musim kemarau tahun 2024.
Staf Humas Kantor BPBD Kabupaten Ngawi, Yuda Herlambang mengatakan, kekeringan di 6 Desa selain karena musim kemarau juga dipicu banyaknya sumur sibel.
Menurutnya, hal itu berimbas terhadap sumur milik warga mengalami kekeringan serta kawasan pemukiman yang berada di kawasan gunung kapur yang membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
“ Tahun 2023 ada 34 desa, yang tahun 2024 dari pemetaan BPBD itu cuma 23 desa karena adanya Pamsimas, sumur bor, dan sumur resa[pan yang ada di masyarakat,” ujar Yuda ditemui di Kantornya, Rabu (11/9/2024).
Yuda Herlambang menambahkan, terhadap krisis air bersih di 6 desa tersebut, membuat BPBD Kabupaten Ngawi melakukan droping air bersih seminggu 2 kali untuk setiap desa.
Selama Agustus 2024, BPBD telah mendistribusikan sekitar 30.000 liter air bersih untuk kepentingan air minum dan memasak ke setiap desa.
“Kami baru 6 desa dari 23 desa yang terdampak pemetaan BPBD. Desa Jagir itu terdampaknya karena banyaknya sibel yang ditanam di sawah untuk mengairi sawah. Otomatis air untuk konsumsi masyarakat tidak mencukupi,”tutur Yuda.
Pemetaan BPBD Kabupaten Ngawi mencatat ada 23 desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Jumlah tersebut menurun dibandingkan pemetaan tahun 2023 dimana sebanyak 34desa mengalkami kekeringan.
Dari prakiraan cuaca BMKG musim kemarau di Ngawi akan menemui puncaknya hingga akhir September2024.
Baca juga:
- Puluhan Kabupaten Kota Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!