NUSANTARA

Tambang dan Sawit, Penyebab Utama Lahan Kritis Sulteng

Izin terus dikeluarkan Pemda setempat.

AUTHOR / Mongabay-Green Radio

Tambang dan Sawit, Penyebab Utama Lahan Kritis Sulteng
tambang, sawit, lahan kritis, Sulteng, Mongabay

Di Sulawesi Tengah, hutan terus tergantikan dengan pertambangan biji nikel juga kebun sawit. Dinas Kehutanan Sulteng mencatat, lahan kritis di sana diperkirakan mencapai satu juta hektar, sementara pemerintah hanya mampu merehabilitasi 15 hektar hutan per tahun. 


“Pada 2013, luas hutan Sulteng 4,1 juta hektar tersebar di 10 kabupaten/kota. Sekitar 288,5 ribu hektar lahan kritis,” kata Syahrudin Ariestal Douw, Direktur Eksekutif Jatam Sulteng. 


Lahan kritis kian bertambah luas karena pemda terus mengeluarkan izin pertambangan dan perkebunan. Dalam lima tahun terakhir, menurut Syahrudin, laju investasi sumber daya alam makin masif dan terkonsentrasi di tiga kabupaten yaitu Morowali, Morowali Utara dan Banggai. 


Pada Februari 2014 lalu misalnya, terbit 402 Izin Usaha Pertambangan (IUP) mineral dan batu bara. Sementara itu Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P di Tomori Sulawesi Selatan telah mengebor hingga 3.600 ribu barel per hari. Di Banggai, proyek LNG Donggi Senoro diharapkan mulai beroperasi akhir 2014 dan mengekspor jutaan ton gas alam cair tiap tahun ke Jepang dan Korea Selatna. 


Izin perkebunan skala besar dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU) juga terus dikeluarkan. Di Banggai misalnya, PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) mengantongi HGU seluas 6.010 hektar dan Hutan Tanaman Industri (HTI) 13 ribu hektar. “Hingga kini tercatat 24.000 hektar perluasan ilegal. Luas perkebunan sawit KLS mencapai 36.000 hektar.”


Data lain lagi menunjukkan kalau PT Sawindo Cemerlang, anak perusahaan Kencana Agri beroperasi di Banggai berdasarkan izin arahan lokasi dari Pemerintah Banggai seluas 20 ribu hektar. “Tidak hanya itu, ekspansi perkebunan sawit masif merambah hutan dan lahan di Morowali Utara. Di wilayah ini, terdapat izin HGU Sinar Mas 16.000 hektar.”


Selain di Banggai, perkebunan sawit juga di Buol, dimiliki PT Cipta Cakra Murdaya seluas 13.000 hektar terbagi atas 1.200 hektar inti dan 1.400 hektar plasma. PT Astra Agro Lestari, memiliki perkebunan 34.000 hektar tersebar di tiga kabupaten di Sulteng, yakni Poso, Donggala dan Morowali Utara.


Mau sampai kapan lahan kritis dibiarkan terus bertambah di Sulteng?


Tulisan ini hasil kerjasama Green Radio dan Mongabay

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!