Pria 35 tahun itu membuat ramuan dari beberapa bahan herbal untuk mengobati sapinya yang sakit lantaran tak ada bantuan vaksinasi dari pemerintah.
Penulis: Muji Lestari
Editor: Sindu

KBR, Jombang- Seorang peternak sapi di Jombang, Jawa Timur, membuat ramuan herbal untuk mengobati sapi miliknya yang mengalami gejala sakit mirip virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Peternak tersebut adalah Subianto, warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto. Pria 35 tahun itu membuat ramuan dari beberapa bahan herbal untuk mengobati sapinya yang sakit lantaran tak ada bantuan vaksinasi dari pemerintah.
Ramuan itu dibuat dari campuran jeruk nipis, cuka makan, garam, dan air. Setelah semua bahan dicampur, Subianto lalu menyemprotkannya pada bagian mulut sapi yang terluka seperti sedang sariawan. Ia mengeklaim, tujuh ekor sapinya yang sakit dengan gejala mirip virus PMK mulai membaik.
"Untuk mulutnya dikasih jeruk nipis, cuka makanan, garam, air, saya semprotkan. Resepnya dapat dari mana? Tahun lalu dari teman di daerah Magetan saya coba. Yang lama kalau kaki ada luka, itu yang lama. Vaksin dari pemerintah enggak ada, beli harus bayar, beli sendiri, kalau teman saya pernah beli satu botol harganya 850 ribu itu untuk 22 ekor sapi," ungkapnya, Kamis sore, (9/1/2025).
Upaya Lain
Selain mengobati bagian mulut sapi dengan ramuan herbal, Subianto juga memberikan obat penurun panas dan vitamin yang ia suntikkan sendiri pada ternaknya. Dia mengaku, tujuh ekor sapi miliknya seluruhnya mengalami gejala sakit mirip penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak beberapa pekan lalu.
"Ciri-ciri awal mulut busa, berlendir, badan panas dikasih paracetamol lalu mulutnya disemprot, pakai yang kecut-kecut. Sapi saya sudah pernah kena, pertama demam, dikasih paracetamol minimal tiga, lihat berat badan dulu, lalu kasih vitamin. Kalau saya sendiri kasih B kompleks dengan injeksi, saya suntik sendiri, kan pengalaman tahun lalu," ungkapnya.
Selain obat-obatan, Subianto mengaku rajin menyemprot sapi-sapi miliknya dengan cairan desinfektan. Meski begitu, dia berharap, pemerintah segera bertindak mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Di kandang saya ada tujuh ekor, kalau yang terkena virus semua, tapi yang parah ada tiga ekor. Yang dua sedang penanganan ini, kakinya dalam pengobatan. Harapannya diperhatikan pemerintah walau enggak banyak, minimal vaksin," tandasnya.
19 Ekor Mati
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Jombang, M Saleh mengatakan, sejak Desember 2024-Januari 2025, tercatat 421 ekor sapi terpapar virus PMK. Kenaikan cukup tajam terjadi dalam dua hari terakhir, sebab sebelumnya hanya sekitar 200 ekor yang sakit.
"Pergerakannya cukup cepat memang, jadi data update progres terbaru 8 Januari 2024, jadi jumlah kasus itu ada 421 ekor, dengan data perkembangan mati 19 ekor, potong paksa 61 ekor, sembuh 117 ekor dan masih sakit 224," ungkapnya.
Saleh menyebut, dari 21 kecamatan di Jombang, hanya tiga kecamatan yang nihil penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Hanya tiga kecamatan yang zero, yakni Wonosalam, Kesamben dan Kecamatan Tembelang," jelasnya.
Sejauh ini, Dinas Peternakan Jombang berupaya memberikan pengobatan pada sapi milik peternak yang dilaporkan mengalami sakit. "Kami juga mendatangi lokasi peternakan warga untuk penyemprotan desinfektan," pungkasnya.
Sekilas tentang PMK
Mengutip distanpangan.baliprov.go.id, PMK adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular dan akut. Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang hewan berkuku genap/belah, semisal domba, babi, sapi, kambing, juga hewan liar seperti gajah.
Virus PMK bisa bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di kelenjar, tulang, susu serta produk susu. Penyakit mulut dan kuku memiliki masa inkubasi 1-14 hari.
Tanda hewan terkena PMK antara lain lepuh dan erosi di sekitar mulut, gusi, lidah, dan kulit di sekitar kuku, pincang, bahkan kuku bisa terlepas.
Baca juga: