SSAF yang digelar kali kedua ini mengangkat tema Jumangkah.
Penulis: Ken Fitriani
Editor:

KBR, Yogyakarta- Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) Yogyakarta tahun ini merangkul perupa dan pelaku seni disabilitas. SSAF yang digelar kali kedua ini mengangkat tema Jumangkah yang berarti mulai melangkah atau mengerjakan.
Ketua Jogja Disability Art sekaligus kurator dalam SSAF, Sukri Budi Dharma mengatakan, tema yang diangkat tahun ini keberlanjutan dari SSAF 2023 yakni 'Gegandengan'. Melalui tema tersebut, ia berharap dapat mendorong seniman disabilitas untuk menghasilkan karya.
"Tahun lalu pesertanya dari lokal (DIY). Tahun ini kami sudah mencoba membuka jejaring lebih luas, salah satunya membuka untuk teman-teman di provinsi lain. Tahun ini ada 12 provinsi," katanya saat ditemui di Taman Budaya Yogyakarta, Senin, (13/5/2024).
Ratusan Karya
Selain mengajak seniman disabilitas untuk menghasilkan karya, SSAF juga merangkul perupa disabilitas untuk menjadi mentor. Setidaknya ada ratusan karya yang dipamerkan pada 14-22 Mei 2024 di Taman Budaya Yogyakarta.
"Ada 202 karya dari 72 seniman yang tergabung dalam organisasi juga karena teman-teman disabilitas ini bukan hanya bekerja secara perorangan. Ada yang bekerja secara komunitas seperti adik-adik down syndrome dan autis yang bekerja membuat karya bersama," tandasnya.
Sukri menjelaskan, karya-karya yang dihasilkan seniman disabilitas bersumber dari apa yang mereka rasakan dalam keseharian, semisal tentang isu lingkungan dan politik.
"Banyak karya-karya disabilitas yang hanya berbicara tentang dirinya. Nah, kami melihat teman-teman ini memiliki cara pandang tentang lingkungan dari dirinya. Dan itu satu poin yang saya pikir menarik bahwa teman-teman ini bukan di ruangnya dia saja tapi dia juga mengamati, memahami tentang kegelisahan di sekitarnya," bebernya.
Dana Alokasi Khusus
Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Purwiyati menambahkan, agenda Suluh Sumurup Art Festival yang mengambil tema Jumangkah terselenggara dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kemendikbud melalui TBY. Ia ingin memberi ruang inklusi pada difabel melalui seni rupa.
"Kami punya kegiatan yang inklusi, di mana TBY sudah melengkapi sarana ramah difabel. Harapannya ada ruang yang bisa didapatkan teman-teman difabel untuk unjuk karya seni. Kegiatan seni rupa untuk seniman difabel menjadi kegiatan tahunan yang harapannya terus berkelanjutan. Ini jadi pemenuhan hak untuk berekspresi dan berkreasi," imbuhnya.

Selain pameran, diadakan pula Workshop Bahasa Isyarat, Workshop Batik Eco Print, UMKM Corner, Pertunjukan, Galeri Tour hingga Artis Talk.
Baca juga:
Editor: Sindu