NUSANTARA

Sepekan Lebih, Karhutla Gambut Masih Menyala di Aceh Barat

"Itu yang membuat hari ini posisi yang pernah kita siram itu keluar lagi asapnya, karena di bawah masih ada api,”

AUTHOR / Erwin Jalaludin

EDITOR / Rony Sitanggang

Karhutla gambut Aceh Barat
Petugas menyiapkan pompa air untuk atasi karhutla gambut di Desa Deuah dan Reusak, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Ahad (03/11/24). (Ist)

KBR, Aceh–  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Kabupaten Aceh Barat,   kesulitan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.  Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana  BPBD Kabupaten Aceh Barat, Ronald menyatakan, lahan gambut yang terbakar itu masih menyala kendati sudah berulang-ulang kali dilakukan upaya pemadaman dititik api.

Menurut Ronald, suhu panas yang terus mengalami peningkatan dan kencangnya hembusan angin menyebabkan kebakaran hutan dan lahan terus berlanjut. Terlebih, lahan gambut yang diselimuti semak-belukar itu memiliki ketinggian sekitar 1-2 Meter dari permukaan tanah.

”Jadi kebiasaannya begini kalau ketebalan gambut itu dua meter ke dalam itu kita siram harus betul-betul lama, itu bisa jadi sampai 5 menit di satu titik. Itu yang membuat hari ini posisi yang pernah kita siram itu keluar lagi asapnya, karena di bawah masih ada api,” jelas Ronald menjawab KBR, Ahad Malam (3/11).

Ia melanjutkan, berdasarkan hasil evaluasi dilapangan karhutla yang sudah berhasil ditanggulangi mencapai 95 persen dari total luas lahan yang terbakar mencapai 8 Hektare areal. Akan tetapi, masih dinilainya beresiko muncul kembali lantaran titik belum sepenuhnya padam dilahan tersebut.

Baca juga:

Sebelumnya kebakaran hutan dan lahan melanda di Kabupaten Aceh Barat. Selain di Desa Deuah,   karhutla juga terjadi di  lahan gambut di perbatasan Desa Reusak, Kecamatan Samatiga.

BPBD mendeteksi karhutla sejak 24 Oktober lalu.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!