NASIONAL

Sederet Tantangan Pembangunan PLTS di Daerah 3T

"Mulai dari bertemu dengan KKB..."

AUTHOR / Astri Septiani

Sederet Tantangan Pembangunan PLTS di Daerah 3T
Ilustrasi: pemasangan panel surya.

KBR, Bandung- Sederet tantangan dihadapi dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Tantangan-tantangan itu diungkapkan salah satunya oleh perusahaan bidang energi baru terbarukan di Indonesia, khususnya panel dan energi surya, yakni PT Surya Energi Indotama (SEI).

Direktur Teknik dan Operasi, PT Surya Energi Indotama, Fajar Miftahul Falah menyatakan, 70 persen dari total proyek pembangunan PLTS yang telah digarap PT SEI berlokasi di luar Jawa, tepatnya di daerah berkategori 3T dan mendekati 3T.

"Yang pertama akses logistik ya. Bagaimana mengirimkan material itu dari Bandung sampai ke lokasi, ya. Ada yang pakai sampan, lebih ekstrem lagi ditarik pakai kerbau. Ada yang dipikul pakai kuda. Itu dari sisi dari logistik, pengiriman barang," kata Fajar di kantor SEI di Bandung, Jawa Barat, Kamis, (25/01/24).

Tantangan lain adalah dari segi komunitas. Sebab, banyak masyarakat belum mengenal teknologi, khususnya PLTS sehingga SEI harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa teknologi itu bermanfaat bagi mereka. Selain itu dari segi biaya, biaya pembangunan PLTS di daerah 3T lebih mahal dibandingkan di daerah lain, seperti di Jawa.

"Jika PLTS itu berlokasi di daerah terpencil, kita lain ceritanya. Terkadang kita berhadapan dengan anggapan bahwa PLTS itu murah, tapi kalau di 3T beda. PLTS itu murah, tapi membangun yang mahal," tambahnya.

Sulit Dijangkau

Fajar juga membagikan beragam pengalaman yang dihadapi SEI saat membangun PLTS di daerah 3T. Kata dia, sulitnya menjangkau daerah-daerah tersebut juga menjadi kendala tersendiri.

"Kalau yang lain-lainnya banyak, ya, mulai dari bertemu dengan KKB, ketemu dengan masyarakat yang penasaran yang sampai mengabaikan safety. Ketemu dengan akses yang ekstrem. Bahkan kita sampai harus bikin pelabuhan sendiri. Itu bagian dari kendala tadi, bagaimana menjangkau daerah-daerah itu," tambahnya.

Padahal menurut Fajar, PLTS menjadi solusi untuk daerah 3T yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap listrik. Kata dia, PT SEI memasang satu jenis PLTS yang sama pada semua proyek PLTS yang dikerjakan di daerah 3T. Jenisnya yakni PLTS Off-grid atau PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan yang memiliki peralatan penyimpanan energi.

"Jadi, sebetulnya kita menyesuaikan dengan karakter daerahnya. Lebih ke kontur tanahnya dan lain-lain. Tapi, ya, solusinya kurang lebihnya mirip yaitu PLTS. PLTS yang dipasang di daerah yang tidak ada listrik sebelumnya. Artinya harus dengan teknologi penyimpan energi seperti baterai. Karena ini tidak ada PLN di sana," tambahnya.

Sepak Terjang PT SEI

PT Surya Energi Indotama (SEI) berdiri pada 6 Desember 2007 dan diambil alih sebagai anak perusahaan dari PT Len Industri (Persero) pada 14 Januari 2009. SEI merupakan perusahaan total solusi di bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. PT SEI telah membangun proyek PLTS hampir di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Layanan yang ditawarkan SEI beragam, mulai dari penyedia desain rekayasa, pengadaan dan konstruksi PLTS (EPC), investasi energi (developer) operasi dan pemeliharaan PLTS, konservasi energi, retail (dengan menjual produk turunan PLTS seperti modul surya, inverter, baterai hingga PJU sesuai permintaan).

Kemudian, memberi pelatihan pada teknisi PLTS. Total proyek yang telah digarap PT SEI lebih dari 100 proyek pembangunan PLTS dan lebih dari 1.000 monitoring proyek PLTS di seluruh Indonesia. Total kapasitas PLTS yang terpasang telah mencapai lebih dari 60 MWp.

Kapasitas Panel Surya Nasional

Sementara itu, Koordinator Proyek Dekarbonisasi Industri Institute for Essential Services Reform (IESR) Faricha Hidayati menilai, keberadaan perusahaan manufaktur panel surya domestik seperti PT Surya Energi Indotama harus diapresiasi dan perlu dikembangkan lebih jauh.

Sebab menurut kajian IESR, jumlah kapasitas panel surya yang diproduksi per 2023 secara nasional hanya berjumlah 1.64 GW. Padahal, permintaan domestik diperkirakan naik di tahun mendatang.

"Dan target kebutuhan konten lokal produk domestik dari Kementerian Perindustrian sebesar 60% di 2025 (Permen Kemenperin 23/2023). Untuk itu, industri manufaktur panel surya perlu segera menjadi program prioritas nasional untuk dikembangkan," kata Faricha, Kamis, (25/1/24).

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!