NASIONAL
Manfaat Kombinasi PLTS Terapung dan PLTA seperti di Cirata
PLTS terapung menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan PLTS berkapasitas sama yang ada di darat.
AUTHOR / Astri Septiani
KBR, Purwakarta- Kombinasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di satu wilayah bisa membuat pasokan listrik tetap stabil. Seperti yang terjadi di PLTA dan PLTS Terapung Cirata
Manfaat kombinasi itu disampaikan Direktur Operasional PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE) sebagai pengelola PLTS Terapung Cirata, Dimas Kaharudin.
"Namun, ketika di PLTA itu dibangun PLTS terapung, ketika PLTA produksinya rendah, maka PLTS akan produksi tinggi. Dan sebaliknya, ketika musim hujan ketika PLTS produksinya menurun, tapi PLTA-nya produksinya naik. Sehingga apa pun itu, musim panas, musim hujan, dua-duanya akan bermanfaat, jika kita memiliki kombinasi PLTA dan PLTS," kata Dimas Kaharudin di PLTS Terapung Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu, (24/1/24).
PLTS Terapung di Laut
Dimas menjelaskan, PLTS terapung menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan PLTS berkapasitas sama yang ada di darat. Sebab, PLTS terapung memiliki ruang pendinginan yang lebih baik karena berada di atas permukaan air. Menurutnya, potensi yang jauh lebih besar adalah implementasi PLTS terapung di laut. Apalagi Indonesia memiliki lautan yang luas. Dengan begitu, Indonesia tidak akan pusing memikirkan energi listrik.
"Kalau kita berangan-angan melistriki semua dari Sabang sampai Merauke 100 pesen dari PLTS terapung itu seluas apa sih lautan yang harus kita korbankan untuk PLTS terapung? Secara sederhana jumlahnya cukup kecil, kita hanya cukup mengorbankan pulau seluas Belitung atau Madura. Jadi dengan luasan lautan sekecil itu kita bisa melistriki dari Sabang sampai Merauke tanpa emisi zero karbon dari PLTS Terapung. Ini membuktikan bahwa potensi kita, potensi PLTS terapung di Indonesia itu adalah sangat besar," kata Dimas.
Dimas menilai, PLTS terapung di Cirata bisa menciptakan tren energi terbarukan yang juga bisa mendorong upaya Indonesia mencapai nol emisi karbon.
"Kemudian hulu utama dari pembangunan PLTS terapung ini adalah sebagai trendsetter energi terbarukan dengan skala besar yang bankable. namun dengan tarif yang sangat ekonomis. Sehingga diharapkan bisa mengakalerasi upaya Indonesia untuk net zero carbon di tahun 2060," tambahnya.
Dekarbonisasi
Di sisi lain, Manajer Program Transformasi Energi, Institute for Essential Services Reform (IESR) Deon Arinaldo, menilai beroperasinya PLTS terapung Cirata menjadi tumpuan penting bagi dekarbonisasi energi di Indonesia. Ia juga menyoroti soal kombinasi PLTS dan PLTA serta upaya mendorong pengembangan energi terbarukan.
"Berdasarkan kajian IESR, terdapat potensi teknis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mencapai 28,4 gigawatt (GW) tersebar di 783 lokasi badan air di seluruh Indonesia. PLTS terapung dapat menjadi strategi nasional mengembangkan energi terbarukan dan mencapai net zero emission 2060 atau lebih awal. Menarik juga untuk melihat bagaimana kondisi PLTS apung dan PLTA yang berlokasi berdekatan ini bisa saling mengisi dan mendukung operasi sistem kelistrikan Jawa-Bali," kata Deon, Rabu, (24/1/24).
Peresmian
Sebelumnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata diresmikan Presiden Joko Widodo di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, November 2023. Jokowi mengeklaim, peresmian tersebut bersejarah, sebab mimpi besar pemerintah untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan dalam skala besar akhirnya bisa terlaksana.
"Dan kita berhasil membangun salah satu pembangkit listrik tenaga surya terapung yang terbesar di Asia Tenggara dan nomor 3 di dunia. Di Cirata ini sudah ada PLTA dengan kapasitas 1000 megawatt dan sekarang ditambah dengan PLTS terapung sebesar 192 megawatt peak (MWp). Ke depan kalau dimaksimalkan bisa menambah kurang lebih 1000 megawatt peak. Jadi nanti tenaga airnya bisa untuk energi hijau juga," kata Jokowi saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Kamis, (9/11/23).
Baca juga:
Editor: Sindu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!