Gondongan adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi virus.
Penulis: Musyafa
Editor: Sindu

KBR, Rembang- Ratusan warga Kabupaten Rembang, terutama anak-anak, terkena penyakit gondongan. Gondongan adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi virus.
Merespons situasi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, Ali Syofi'i mengimbau masyarakat tidak panik, karena gondongan dapat sembuh sendiri. Ia menyarankan masyarakat tetap tenang, jika ada anggota keluarga terinfeksi penyakit gondongan atau parotitis.
“Penyakit ini (gondongan—red) disebabkan oleh virus, sifatnya self-limiting disease, akan sembuh setelah perjalanan alamiah di dalam tubuh. Sifat penyakit ini seperti batuk pilek, masyarakat tidak perlu khawatir,” jelas Ali, Jumat, (1/11/2024).
Gejala gondongan meliputi pembengkakan kelenjar ludah di pipi, sakit kepala, demam, nyeri perut, mulut kering, penurunan nafsu makan, nyeri saat menelan, dan mudah lelah. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 7 hingga 15 hari.
Ali menjelaskan, pengobatan mandiri dapat dilakukan penderita berdasarkan gejala yang muncul.
“Misalnya jika ada demam, minum obat penurun panas; jika nyeri, konsumsi obat pereda nyeri; dan istirahat yang cukup serta konsumsi makanan bergizi,” ungkapnya.
Jumlah Penderita
Ali meminta masyarakat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala seperti itu. Pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan, guna memastikan tidak ada komplikasi lain.
Penularan penyakit gondongan dapat terjadi melalui lendir dari percikan saat penderita batuk, bersin atau berbicara, serta kontak langsung seperti berciuman. Untuk mencegah penularan, hindari berbagi alat makan dan minum dengan penderita, serta mencuci tangan sebelum menyentuh hidung atau mulut.
“Penderita disarankan istirahat di rumah (libur sekolah bagi anak-anak) agar tidak menulari orang lain dan mempercepat proses penyembuhan,” tambah Ali.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, selama Oktober 2024 tercatat 621 kasus gondongan. Rinciannya, 501 kasus terjadi pada anak usia 5–14 tahun, 60 kasus usia 15–44 tahun, 54 kasus anak usia 0–4 tahun dan 6 kasus pada usia 45 tahun ke atas.
Baca juga: