NUSANTARA
Polda Papua Belum Mengetahui Asal Ratusan Amunisi yang Disita dari ASN
Jumlah amunisi yang disita dari ASN berinisial AM sebanyak 615 butir.
AUTHOR / Arjuna Pademme
KBR, Jayapura- Polda Papua masih mendalami asal ratusan amunisi yang disita polisi di Elelim, ibu kota Kabupaten Yalimo, Rabu, 29 Juni 2022.
Amunisi itu disita dari seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berinisial AM, yang diduga jaringan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) wilayah Kabupaten Nduga.
Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Papua, Faizal Ramadhani mengatakan jumlah amunisi yang disita sebanyak 615 butir.
Kata dia, Polda Papua akan mengirim tim ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk membantu polres setempat melakukan penyidikan.
"Dari Direktorat Kriminal Umum, termasuk dari Satgas Damai Cartenz, akan mem-backup ke Wamena untuk mengembangkan penyidikannya," kata Faizal Ramadhani, Senin, (4/7/2022).
Baca juga:
Direskrimum Polda Papua, Faizal Ramadhani mengaku belum mengetahui amunisi itu dibeli dari mana. Dari luar Papua, ataukah dari pihak tertentu di Papua. Selain mendalami sumber amunisi, polisi juga akan menelusuri dari mana asal usul dana untuk pembelian.
"Akan mengembang (penyidikan) ke daerah lain, karena (untuk mengetahui) sumber amunisinya dari mana," kata Faizal.
Menurutnya, amunisi itu dibeli seharga Rp200 ribu per butir. Total harga ratusan amunisi tersebut mencapai Rp123 juta. Dugaan sementara tersangka AM adalah jaringan kelompok TPNPB pimpinan Egianus Kogeya. Ia bertugas mencari amunisi dan senjata api.
AM ditangkap polisi Rabu malam, 29 Juni 2022. Saat diperiksa, polisi menemukan 615 butir amunisi berbagai kaliber dan satu senjata api rakitan laras pendek jenis FN.
Senjata api dan ratusan amunisi itu, diduga akan dipasok ke Jaringan TPNPB Nduga, melalui jaringan mereka di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Editor: Sindu
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!