"Kalau memang diperlukan direlokasi semua, ya kami akan berkoordinasi dengan BNPB untuk melakukan relokasi,"
Penulis: Arie Nugraha
Editor: Muthia Kusuma

KBR, Bandung- Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey, Machmudin mengungkapkan, wilayah terdampak bencana di Sukabumi bertambah empat desa, menjadi 176 desa. Penyebab meluasnya bencana di 39 kecamatan itu karena pergerakan tanah.
Bey menyebut, masih berkoordinasi dengan instansi terkait untuk relokasi pemukiman warga dari bencana banjir, longsor hingga cuaca ekstrem di wilayah tersebut.
"Dan yang penting itu adalah relokasi untuk beberapa rumah, terutama untuk di daerah yang pergerakan tanahnya terjadi. Contohnya di Cikembar itu 40 rumah tapi di satu daerah di Neglasari-Purabaya itu yang rusak empat (rumah), tapi masyarakat situ merasa sudah tidak aman di daerah itu. Jadi kalau memang di-assessment oleh PVMBG, kalau memang diperlukan direlokasi semua, ya kami akan berkoordinasi dengan BNPB untuk melakukan relokasi," ujar Bey dalam siaran medianya ditulis Bandung, Rabu (11/12/2024).
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyatakan relokasi Puskesmas Pelabuhan Ratu menjadi prioritas utama pascabanjir yang telah merusak bangunan tersebut.
"Bagian belakang masih bisa sebetulnya. Kami akan berkoordinasi agar tetap diberikan pelayanan kalau memang sudah aman. Dan untuk bangunan sekolah ada beberapa yang masih rusak," kata Bey.
Baca juga:
Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya modifikasi cuaca di Jawa Barat dan Jakarta untuk mengurangi intensitas hujan.
"Kami rapat di Kantor PMK jadi untuk modifikasi cuaca itu di DKI Jakarta dan juga Jawa Barat, khususnya di daerah Sukabumi tersebut untuk mengurangi hujan. Jadi berdasarkan kajian bahwa modifikasi cuaca itu tidak langsung tidak ada hujan tapi mengurangi intensitasnya," ucap Bey.
Bencana tersebut telah mengakibatkan 10 orang meninggal dunia, 2 orang hilang, ratusan warga mengungsi, dan puluhan bangunan rusak.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan jenis batuan menjadi penyebab utama gerakan tanah.
"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran atau gelinciran rotasi dan translasi. Beberapa gerakan tanah dengan pergerakan lambat merusak rumah dan infrastruktur terutama jalan raya," jelas Wafid dimuat pada laman Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.
Wafid juga memberikan sejumlah rekomendasi untuk mengurangi risiko bencana, seperti evakuasi, tidak membangun rumah di area rawan longsor, dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
"Pengembangan pemukiman jangan dilakukan di bawah longsoran atau sekitar tebing curam atau terjal," tutur Wafid.
Baca juga: