NASIONAL

Ombudsman: Kecurangan PPDB Akibat Kurang Pengawasan

"Karena kecurangan-kecurangan yang terjadi yang mereka dapatkan, dilihat, itu tidak sesederhana seperti biasanya"

AUTHOR / Naufal Rahman

EDITOR / Rony Sitanggang

PPDB
Pembuatan akun Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SD Grogol Selatan 08, Jakarta, Senin (20/05/24). (Antara/Rivan Awal)

KBR, Jakarta- Ombudsman RI menilai kecurangan yang terjadi selama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berasal dari banyak aspek. Anggota  Ombudsman RI, Indraza Marzuki mengatakan, kecurangan yang terjadi saat PPDB akibat  kurangnya pengawasan secara langsung baik oleh pemerintah dan masyarakat.  Kata dia, kurangnya pengawasan ini membuat pelaku dapat bergerak bebas dalam berbuat kecurangan.

Dia  berpesan agar masyarakat dapat menjadi perpanjangan mata bagi pemerintah untuk bisa menindak tegas kecurangan selama PPDB.

“Ini bagaimana mereka (orang tua) ketika melihat, mereka berani melaporkan. Ini juga yang kadang-kadang menjadi masalah, kenapa? Karena kecurangan-kecurangan yang terjadi yang mereka dapatkan, dilihat, itu tidak sesederhana seperti biasanya ya,” ujar Indraza Marzuki ketika di hadir menjadi narasumber Talkshow Ruang Publik KBR, Selasa (4/6/2024).

Indraza juga menambahkan bahwa kecurangan yang orang lihat itu tidaklah sederhana karena melibatkan banyak pihak dan hanya akan menghasilkan kebiasaan buruk kedepannya.

Baca juga:

Anggota Ombudsman RI, Indraza Marzuki mengatakan ada sejumlah tekanan yang membuat warga enggan melapor.

“Dan juga ada tekanan, nah ini dia tekanan. Baik dari tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas, sampai mohon maaf, anggota dewan, TNI, Polri ada juga yang melakukan itu. Sehingga itulah yang membuat mungkin masyarakat agak enggan atau takut untuk mengadukan kecurangan yang terjadi, yang mereka dapatkan. Sekolah pun juga ada yang beberapa akhirnya melakukan kecurangan karena ditekan,” tambah Indraza.


Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!