NUSANTARA

Musim Penghujan, Sejumlah Ular Masuk Rumah di Rembang

Laporan terjadi hampir setiap hari.

AUTHOR / Musyafa

Musim Penghujan, Sejumlah Ular Masuk Rumah di Rembang
Petugas Damkar Pemkab Rembang, Jawa Tengah mengevakuasi ular di rumah warga Kelurahan Leteh, belum lama ini. Foto: KBR/Musyafa

KBR, Rembang- Sejumlah ular keluar dari sarangnya dan masuk ke permukiman penduduk saat musim penghujan. Kondisi itu terjadi di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, belum lama ini.

Hal tersebut terlihat dari meningkatnya laporan dari masyarakat yang meminta bantuan kepada petugas penyelamatan dari regu Pemadam Kebakaran (Damkar) Rembang. Bahkan laporan terjadi hampir setiap hari, belakangan ini.

Seorang Komandan Regu Damkar Rembang, Teguh Wiwoho mengatakan, musim pancaroba seperti sekarang merupakan masa ular kawin dan bertelur, sehingga ia memperkirakan satu atau dua bulan ke depan akan semakin banyak ular bermunculan.

“Kalau kemarau mereka (ular, red) diam, setelah hujan mulai keluar. Ular lebih cenderung mencari tempat yang lembab,” ungkapnya, Senin, 20 November 2023.

Jenis ular yang dilaporkan masyarakat, antara lain ular sanca, ular koros (kayu), dan kobra.

“Kalau dilihat dari laporan memang betul, mulai agak meningkat ini. Kemungkinan besar karena ular cari makanan,” beber Teguh.

Teguh menyebut makanan ular di habitat aslinya menurun drastis akibat dampak kemarau panjang, karena itu sering dijumpai ular masuk perumahan warga untuk mengincar hewan ternak.

Khusus ular kobra yang bisanya mematikan, ia mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada, terutama anak-anak yang sering bermain di pekarangan halaman rumah, dekat tumpukan kayu, dan jerami.

“Kalau tahu ular dan tidak membahayakan, ya, dihindari saja, jangan dibunuh. Ular itu tidak akan menyerang, kalau tidak merasa terancam,” terangnya.

Saran Petugas Damkar

Ia menyarankan, pemilik rumah meningkatkan kebersihan, dan meminimalkan tumpukan barang yang tidak terpakai. Menurutnya, ini salah satu upaya mengantisipasi ular agar tidak masuk rumah.

“Di rumah itu menyimpan banyak barang yang tidak terpakai atau tidak. Soalnya ular itu cenderung lebih suka tempat gelap dan lembab. Tingkatkan kebersihan, misal tumpukan kayu atau barang yang tidak terpakai disingkirkan saja,” kata Teguh.

Teguh menjelaskan, karena keterbatasan SDM Damkar, maka penanganan aduan terkait ular kerap kali melibatkan para relawan di tingkat desa atau kecamatan.

Selama ini, ular-ular yang dievakuasi petugas Damkar, ditempatkan sementara di posko yang berada di Jalan Pemuda Rembang.

Setelah itu, baru diambil petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resort Konservasi Wilayah Blora, untuk dilepaskan ke habitat aslinya.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!