NASIONAL

Musim Mudik, Sektor Transportasi Tak Lagi Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar

Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi.

AUTHOR / Astri Septiani

Musim Mudik, Sektor Transportasi Tak Lagi Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar
Petugas darat melakukan persiapan pesawat sebeleum terbang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (21/3/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

KBR, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sektor transportasi bukan lagi menjadi penyumbang kedua terbesar inflasi pada Ramadan atau musim mudik Lebaran. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyastuti mengatakan secara umum kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang andil inflasi terbanyak.

"Dan lain terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04 persen. Sementara itu kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 0,01 persen pada Bulan Maret 2024. Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97 persen," kata Amalia saat konferensi pers, Senin (1/4/2024).

Amalia merinci, terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi atau penurunan tarif angkutan udara, 17 provinsi yang mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan 1 provinsi lainnya stabil.

Dia menjelaskan penyebab utama inflasi Maret 2024 didominasi komoditas pangan di antaranya telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan bawang putih.

"Adapun beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Maret 2024 yaitu cabai merah, tomat dan tarif angkutan udara," tambahnya.

Baca juga:

BPS mencatat inflasi Maret 2024 atau saat Ramadan mencapai 0,52 persen secara bulanan. Angka itu lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,37 persen. Sedangkan inflasi secara tahunan menembus 3,05 persen.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!