NUSANTARA
Manfaatkan Dana Desa, Desa Kepatihan Siapkan Angkutan Bersubsidi untuk Pelajar
Diharapkan akan meringankan beban biaya transportasi maupun mempersingkat waktu perjalanan.
AUTHOR / Muji Lestari
-
EDITOR / R. Fadli
KBR, Jombang - Desa Kepatihan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur meluncurkan angkutan bersubsidi untuk pelajar. Kendaraan jenis minibus ini setiap hari akan bertugas mengantar-jemput para siswa di sekolah masing-masing.
Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi mengatakan, ide memfasilitasi angkutan bersubsidi untuk pelajar ini bermula dari rasa prihatin. Karena, banyak pelajar di desa yang gagal masuk sekolah favorit terdekat, akibat tereliminasi sesuai kebijakan pemerintah beberapa waktu lalu.
Dengan angkutan bersubsidi untuk pelajar ini, diharapkan akan meringankan beban biaya transportasi maupun mempersingkat waktu perjalanan. Sebab, rata-rata jarak dari rumah ke sekolah para pelajar itu sekitar 4-5 kilometer.
"Program angkutan pelajar ini berangkat keprihatinan saya, ketika proses Penerimaan Peserta Didik Baru PPDB dilaksanakan di Kabupaten Jombang, ada beberapa warga saya yang tidak bisa masuk di sekolah untuk ukuran SMP favorit itu terdekat. Mereka tereleminasi oleh sistem. Apalagi menurut Diknas Jombang memang sesuai aturan menteri pendidikan nasional," katanya.
Berangkat dari keprihatinan itu, katanya lagi, ternyata pada praktiknya ada beberapa warga yang harus mengantarkan anaknya ke sekolah misalnya di SMP Negeri 3, SMP Negeri 5 yang jarak ke sekolah cukup jauh yakni 4-5 kilometer.
"Diantar naik sepeda ontel biasanya. Berangkat dari situ kami konsultasi dengan pendamping boleh enggak saya memberi subsidi angkutan kendaraan untuk para siswa bersekolah," ungkap Erwin.
Erwin bilang, jika angkutan sekolah menggunakan kendaraan angkutan umun dan diberikan dengan cara subsidi 50 persen menggunakan perubahan anggaran dana desa (DD 2024). Setiap siswa hanya membayar Rp.3.000 untuk pulang.
"Jadi total biaya per anak Rp6.000 kami berikan subsidi 50 persen. Untuk sementara, kami luncurkan satu angkutan dengab kapasitas 15 anak, total biaya Rp1-1,5 juta per bulan, setahun sekitar Rp12 juta. Rencana akan kami tambah dua lagi karena jumlah pelajar tidak mampu di desa kami saat ini sekitar 60," katanya.
Erwin Pribadi juga mengaku, sengaja tidak memilih kendaraan pribadi dan menggunakan angkutan umum untuk program ini. Selain alasan biaya, juga ingin membantu angkutan pelat kuning yang selama ini sudah mati suri.
"Kendaraan pribadi biayanya besar, saya dapat info bahwa angkutan umum di Jombang ini mati suri. Gayung bersambut, mereka mau dengan biaya murah," tandasnya.
Salah satu wali murid, Rahayu Widiastuti mengaku sangat bersyukur anak-anak mereka bisa bersekolah denfan angkutan bersubsidi ini. Selain faktor keamanan, biaya uang saku transportasi yang dia keluarkan juga terpangkas.
Rahayu bilang, sedikitnya ada dua sampai tiga sekolah tujuan harian angkutan umum itu. Seperti SMP Negeri 5 Jombang yang beralamat di Jalan Hasyim Asyari dan SMP Negeri 3 Jombang di Desa Plandi.
"Alhamdulillah terimakasih kepada pak kades, sudah memfasilitasi anak-anak kami kendaraan ke sekolah yang agak jauh dari desa kami. Sebelumya diantar, alhamdulillah kegiatan kami di rumah juga sedikit longgar. Biaya juga murah Rp3000 untuk berangkat pulang (PP). Insyaallah sampai kelas 3 akan ikut angkutan sekolah terus," pungkasnya.
Baca juga:
Kasus Korupsi Dana Hibah di Jatim, KPK Periksa Menteri Desa
Tahun Ajaran Baru, Desa di Jombang Bagikan Ratusan Seragam Gratis
KPK: Masyarakat Perdesaan Lebih Koruptif daripada Perkotaan
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!