NUSANTARA

LPG 3 Kg Langka di Banyuwangi, Warga 5 Hari Tak Masak

Untuk membeli LPG 3 kilogram ia harus keliling ke sejumlah toko dan pangkalan.

AUTHOR / Hermawan Arifianto

EDITOR / Sindu

LPG 3 Kg Langka di Banyuwangi, Warga 5 Hari Tak Masak
Ilustrasi: Warga antre membeli LPG 3 kilogram di sebuah pangkalan di Jawa Timur. Foto: ANTARA

KBR, Banyuwangi- Kelangkaan LPG 3 kilogram di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, membuat seorang warga Kelurahan Penataban, Nety Resiana Kusuma Dewi tak bisa masak hingga 5 hari.

Kata Nety, untuk membeli LPG 3 kilogram ia harus keliling ke sejumlah toko dan pangkalan. Bahkan dia harus pesan terlebih dahulu karena stok tidak ada, namun tak kunjung mendapatkan.

Nety mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya, dia terpaksa membeli makanan siap saji. Dia berharap kelangkaan Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram bersubsidi bisa segera diatasi. Diduga, kelangkaan sudah terjadi selama beberapa pekan ini.

"Biasanya kalau dalam kondisi saya buru-buru, paling tidak saya itu masak nasi, nantinya lauk pauknya beli. Tapi, dengan kelangkaan gas itu di mana tiap hari suami saya, saya, anak saya berusaha mencari tetap tidak dapat juga, setiap hari berkeliling. Akhirnya yang tadinya masak nasi, ini nasi pun tidak bisa masak juga," tutur Nety di Banyuwangi, Selasa, 2 Juli 2024.

Tanggapan Pertamina

Menanggapi kelangkaan di lapangan, Manager Comm Rel & CSR PT Pertamina Patra Niaga Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) Ahad Rehadi menyatakan stok LPG 3 kilogram di pangkalan sudah sesuai kuota rasio. Namun, untuk pedagang eceran alias bukan pangkalan resmi Pertamina, ia tidak bisa memastikan.

Kata dia, rasio kewajaran pengguna LPG 3 kilogram untuk tiap keluarga dengan 5 orang, membutuhkan 3 sampai 4 tabung sebulan. Menurutnya, dengan stok yang mencukupi sesuai kuota, maka seharusnya tidak terjadi kelangkaan LPG 3 kilogram.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!