NASIONAL

Kemenkes: Hingga Juni 2024, Ada 393 Ribu Kasus TBC

Hingga Oktober 2024 atau akhir masa jabatannya, kasus yang terdeteksi harus sebanyak 900 ribu dari estimasi 1 juta kasus.

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / R. Fadli

TBC
Ilustrasi. Penyakit Tuberkulosis atau TBC. (Foto: ANTARA/Shutterstock)

KBR, Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat hingga Juni 2024 kasus Tuberkulosis (TBC) tahun ini sudah sebanyak 393 ribu kasus.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menargetkan, hingga Oktober 2024 atau akhir masa jabatannya, kasus yang terdeteksi harus sebanyak 900 ribu dari estimasi 1 juta kasus.

"Pilihan pertamanya kita suruh surveilans-nya mesti bagus dulu. Bagaimana kita mengobati, bagaimana kita memvaksinasi, kalau kasusnya tidak ditemukan. Jadi dulu banyak kasus yang tidak ditemukan under reporting yaitu 41 persen, kemarin sudah 15 persen. Semua penyakit menular surveilansnya harus benar dulu. Kita bicara obat suntikan dan segala macam kalau kita tidak di tag orangnya dimana, akan menularkan terus. Sama seperti covid yang pertama kita cari kan adalah deteksi dulu," ujar Budi dalam Rapat Nasional membahas Kebijakan dan Strategi Eliminasi TBC Tahun 2030, pada Kamis (18/7/2024)

Menkes juga mencatat, capaian tahun 2024, kasus yang telah terobati mencapai 316 ribu atau 16 persen. Dengan keberhasilan pengobatan sekitar 90 persen dan pemberian Terapi Pencegahan TB (TPT) 50 persen.

Budi menargetkan penurunan kasus TBC pada 2030 mencapai 80 persen di Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam rapat nasional membahas kebijakan dan strategi eliminasi TBC tahun 2030 secara nasional.

"Insidensinya harus turun 80 persen, di 2030 harus turun 80 persen. Indonesia sekarang 130 an ribu per tahun meninggal, yang kenanya 1 juta 60 ribu per tahun. Jadi sekitar 300 insidensi," ungkapnya di Ruang Rapat Komisi IX DPR, Kamis (18/7/2024).

Sementara itu, data Kemenkes, Indonesia menempati urutan kedua negara kasus TBC terbanyak mencapai 1.060.000 dengan kematian mencapai 134.000 jiwa. Posisi pertama yaitu India, lalu ke-3 China, ke-4 Filipina, ke-5 Pakistan, ke-6 Nigeria, ke-7 Bangladesh, dan ke-8 Kongo.

Baca juga:

Menkes Beberkan Alasan Harga Obat dan Alkes di RI Lebih Mahal dari Negara Tetangga

Kemenkes Uji Coba Regimen Obat TBC, Pangkas Masa Pengobatan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!