NUSANTARA

Kebakaran Hutan Meluas di Aceh, karena Puntung Rokok?

Petugas BPBD kesulitan memblokade titik api kebakaran hutan di lokasi dikarenakan ketiadaan sumber air.

AUTHOR / Erwin Jalaludin, Heru Haetami, Astry Yuana Sari, Resky Novianto, Shafira Aurel

EDITOR / Sindu

Kebakaran Hutan Meluas di Aceh, karena Puntung Rokok?
Aparat keamanan terjun ke lokasi kebakaran hutan di Desa Padang Panyang, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Rabu, 24 Juli 2024. Foto: Ist

KBR, Aceh– Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Aceh terus meluas hingga ke tujuh kabupaten di sana. Yakni, Kabupaten Aceh Barat (7,5 hektare), Bener Meriah (14 hektare), Aceh Besar (5,5 hektare), Aceh Selatan (5 hektare), Aceh Jaya (3 hektare), Aceh Tenggara (1 hektare), dan Nagan Raya (12 hektare).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Ilyas mengatakan kebakaran hutan meningkat hingga tiga kali lipat, dari 23,5 hektare menjadi 48,5 hektare dalam waktu 2 hari. 

Ilyas mengatakan, BPBD di daerah yang terdapat kebakaran hutan sudah menerjunkan tim ke lokasi. Kata dia, ada tiga kabupaten yang paling parah, yaitu Nagan Raya, Aceh Barat, dan Aceh Besar.

"Kami hanya bisa menganjurkan pada masyarakat jangan membuang puntung rokok, jangan membuka lahaan dengan cara membakar. Kalau kita bencana yang terjadi selama ini akibat ulah tangan manusia itu sendiri," kata Ilyas kepada KBR, Rabu malam, 24 Juli 2024.

red
Aparat keamanan terjun ke lokasi kebakaran hutan di Desa Padang Panyang, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Rabu, 24 Juli 2024. Foto: Ist

Kesulitan

Ilyas mengaku, petugas BPBD kesulitan memblokade titik api kebakaran hutan di lokasi dikarenakan ketiadaan sumber air. Kondisi itu diperparah embusan angin kencang sepekan terakhir.

Kepala Pelaksana BPBD Aceh Barat, Teuku Ronald Nehdiansyah membenarkan apa yang disampaikan BPBA. Kata dia, pemadaman kebakaran hutan terkendala, karena titik-titik api yang berhasil dipadamkan kembali terbakar.

"Di lokasi yang pertama itu sudah hampir 75 persen sudah kita tangani. Tapi, di lokasi itu juga masih ada. Namun, setelah di hari Jumat itu juga kemudian Aceh Barat terus mendapatkan rentetan karhutla di lokasi yang berbeda. Jadi ada beberapa lokasi lagi yang pada akhirnya juga harus kami lakukan tindakan," kata Teuku dalam siaran Teropong Bencana BNPB, Rabu, (24/7).

Tak Hanya di Pulau Sumatra

Selain Aceh, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan juga mencatat ada 100-an titik panas karena kebakaran lahan di Sumatra Utara. Ratusan titik tersebar di sejumlah daerah, semisal Humbang Hasundutan, Serdang Bedagai, Toba, hingga Asahan.

Pun demikian dengan Riau, Di sana, ada penambahan puluhan hektare lahan terbakar akibat karhutla, seperti di Kabupaten Rokan Hilir, Dumai, hingga Kampar.

Tak hanya di Pulau Sumatra, BMKG Kelas 1 Pontianak juga memantau peningkatan jumlah hotspot di Kalimantan Barat (Kalbar). Sebaran puluhan titik panas berada di Kabupaten Kubu Raya, Sanggau, Ketapang, hingga Kapuas Hulu.

Catatan DPR

Merespons munculnya kebakaran hutan di berbagai daerah, Anggota Komisi Lingkungan Hidup dan Kehutanan DPR, Slamet mendorong pemerintah pusat dan daerah memaksimalkan upaya mitigasi.

Sebab menurutnya, sumber daya manusia di daerah perlu diperkuat dengan kesiapan dan ketersediaan alat penanganan karhutla di kondisi medan yang sulit.

"Tolong peralatannya ini diperbaiki, disiapkan selengkap mungkin. Jangan kemudian alat-alat yang usang. Nanti kita akan cek anggaran-anggaran setiap tahunnya. Apakah itu untuk alokasi peralatannya berapa, atau hanya untuk operasional saja. Ini dari sisi SDM juga harus diperhatikan oleh pemerintah," ujar Slamet kepada KBR, Rabu, (24/7).

red
Kebakaran hutan di Desa Padang Panyang, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Rabu, 24 Juli 2024. Foto: Ist

Garda Terdepan

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Avianto Amri menyebut, garda terdepan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan ada di komunitas daerah.

Kata dia, penanggulangan karhutla di tingkat nasional mesti dimasifkan untuk menyediakan keperluan-keperluan yang dibutuhkan daerah-daerah rawan karhutla.

"Di masyarakat juga kan sudah banyak tim-tim siaga bencana yang sudah dibentuk, atau juga tim pemadam, sehingga ini perlu dipastikan gimana komunikasi itu bisa berjalan dengan lancar. Kita bisa mengetahui di mana saja titik-titik api yang terjadi, dan juga bagaimana masyarakat bisa siap siaga, tidak hanya di tingkat desa atau kelurahan, tapi juga baik itu di instansi-instansi di kelompok-kelompok warga bahkan juga mungkin di sekolah dan fasilitas pendidikan juga perlu digiatkan," kata Avianto kepada KBR, Rabu, (24/7).

Avianto menambahkan, puncak kebakaran hutan tidak hanya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, namun juga kegiatan belajar, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu masyarakat juga harus siap sedia dan siaga bencana karhutla.

Dalam laporan Kementerian LHK di 2023, luasan kebakaran hutan dan lahan mencapai lebih 1,1 juta hektare lahan. Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Papua Selatan, Sumatra Selatan, hingga Kalimantan Barat menjadi lima provinsi penyumbang luasan tertinggi karhutla pada tahun lalu.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!