NUSANTARA

Kader Posyandu di Banyuwangi Dapat BPJS Ketenagakerjaan

Dia berharap hal itu dapat memacu para kader untuk mewujudkan Banyuwangi zero Stunting.

AUTHOR / Hermawan Arifianto

stunting
Balita mengikuti pemeriksaan stunting dalam bakti kesehatan Akabri 91 di Denpasar, Bali, Sabtu (21/10/2023). (FOTO: Antara/Yulius Satria Wijaya)

KBR, Banyuwangi- Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memberikan premi atau jaminan sosial BPJS ketenagakerjaan kepada belasan ribu kader Posyandu di wilayahnya. Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, BPJS itu untuk menunjang tugas para kader Posyandu dalam penanganan stunting atau tengkes.

Dia berharap hal itu dapat memacu para kader untuk mewujudkan Banyuwangi zero Stunting.

"Seluruh kader Posyandu kan sudah mendapatkan insentif dari desa, maka pemerintah kabupaten tidak memberikan insentif berupa uang, tapi diberikan insentif berupa dengan BPJS Ketenagakerjaan. Dialokasikan sebesar kurang lebih Rp2 miliar untuk 11.843 kader Posyandu ini sehingga kalau misalnya pada saat pendampingan membantu, bekerja terus kemudian terjadi kecelakaan kerja mereka secara otomatis tertangung," ujar Amir Hidayat hari ini Jumat (27/10/2023) di Banyuwangi.

Baca juga:

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mencatat, pada 2022 stunting di wilayahnya mencapai 2.780 kasus. Ia mengeklaim jumlah stunting atau tengkes hingga bulan lalu turun 356 kasus menjadi 2.424 kasus.

Kata Amir, kader Posyandu telah berperan dalam intervensi pemberian makanan tambahan untuk balita berisiko. Mereka mendampingi dan memastikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dikonsumsi oleh Ibu hamil berisiko tinggi dan balita yang rentan mengalami stunting. Perkembangan penanganan stunting itu dilaporkan secara harian lewat aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting.

Editor: Muthia Kusuma

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!