NUSANTARA

Disdik Banyuwangi Ungkap Tren SD Negeri Ditutup atau Dimerger

berkurangnya minat siswa bersekolah di sekolah dasar negeri, karena kalah saing dengan sekolah swasta.

AUTHOR / Hermawan Arifianto

EDITOR / Muthia Kusuma

sd
Ilustrasi KBM di SD di Kabupaten Batang, Jateng, Selasa, (4/8/2020). (FOTO: ANTARA/Yusup Patoni)

KBR, Jakarta- Dinas Pendidikan Banyuwangi mencatat ada tren kenaikan jumlah sekolah dasar yang ditutup maupun dimerger.

Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno mengatakan, hingga Juli kemarin ada 15 SD ditutup untuk digabung ke sekolah lainya. Jumlah ini kata dia, bertambah 3 sekolah dasar dari tahun 2023 lalu.

Suratno mengatakan, penyebab ditutupnya belasan sekolah itu adalah kurangnya siswa didik. Langkah merger atau penutupan sekolah diambil demi keefektifan pembelajaran siswa.

"Sebenarnya kita sendiri tidak pengen ada marger. Marger bukan karena kekurangan guru tapi lebih kepada pelayanan yang efektif kepada masyarakat sehingga ukuranya lebih pada jumlah peserta didik. Kalau jumlah peserta didik terlalu sedikit tentu itu tidak berjalan dengan baik kurang motifasi baik siswanya maupun gurunya. Bagaimana supaya tidak ada marger lagi? Kita sifatnya menunggu," ujar Suratno Kamis (22/8/2024) di Banyuwangi.

Baca juga:

Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno menambahkan, berkurangnya minat siswa bersekolah di sekolah dasar negeri, karena kalah saing dengan sekolah swasta. Kata dia, kondisi itu mengakibatkan masyarakat ekonomi menengah ke atas lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta ketimbang ke sekolah dasar negeri.

Dia berharap pengelola SD Negeri di Banyuwangi, agar terus meningkatkan kualitas pembelajaranya. Dia khawatir, jika kondisi dan sistem pembelajaran tidak ada perbaikan dan peningkatan, maka sekolah dasar yang ditutup di Banyuwangi akan terus bertambah setiap tahunya.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!