NUSANTARA

Dinkes Solo Bantah Ada Kasus Meninggal Diduga Leptospirosis

Satu pasien suspek leptospirosis meninggal usai mendapat perawatan medis selama sehari di salah satu rumah sakit di Solo.

AUTHOR / Yudha Satriawan

Dinkes Solo Bantah Ada Kasus Meninggal Diduga Leptospirosis
Kantor Dinas Kesehatan Kota Solo, Jawa Tengah. (Foto: KBR/Yudha Satriawan)

KBR, Solo - Dinas Kesehatan Kota Solo membantah ada temuan satu kasus leptospirosis di wilayahnya.

Leptospirosis merupakan penyakit menular melalui air seni hewan terinfeksi, seperti air kencing tikus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit P2P Dinas Kesehatan Kota Solo, Tenny Setyoharini mengatakan satu pasien suspek leptospirosis tersebut dalam kondisi meninggal usai mendapat perawatan medis selama sehari di salah satu rumah sakit di Solo.

Namun, dari uji laboratorium, dinyatakan negatif leptospirosis.

“Pasien meninggal pada Rabu 20 Maret 2024 dan sebelumnya sudah diambil uji sampel ke laboratorium pada Selasa 19 Maret 2024. Hasil dari lab menyatakan mendiang negatif leptospirosis. Sempat diduga terkena leptospirosis karena muncul gejala seperti demam, nyeri otot, mual, muntah, dan pusing," kata Tenny, Selasa (26/3/2024).

Tenny menjelaskan rumah sakit sudah mengambil sampel dari pasien untuk diuji, dan hasilnya negatif terinfeksi bakteri leptospira.

Menurut Tenny, pasien tersebut memang memiliki penyakit penyerta.

Munculnya dugaan kasus Leptospirosis ini mengagetkan Pemerintah Kota Solo, terutama perangkat Kecamatan Banjarsari, di wilayah tempat tinggal pasien.

Sebelumnya, seorang warga di Solo meninggal diduga kuat terjangkit leptospirosis.

Camat Banjarsari Solo, Beni Supartono mengatakan pasien adalah perempuan berusia 60 tahun.

"Koordinasi kita lanjut dengan puskesmas. Laporan awal diagnosa DB, ternyata hasil penelusuran tim medis ada indikasi kuat ke leptospirosis, kencing tikus. Sempat dirawat di RSUD dan kondisi drop, kemudian meninggal. Kita cek rumahnya bukan di area banjir atau kawasan tergenang air. Kita lihat dulu tren kasusnya, ini nyambungnya, bisa saja tidak hanya ke kencing tikus," kata Beni di Balaikota, Senin (25/3/2024).

Beni menjelaskan sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan melakukan langkah antisipasi penyebaran leptospirosis.

Leptospirosis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena kencing tikus dan hewan pengerat lainnya. Leptospirosis masuk kategori zoonosis, karena bisa menular ke manusia melalui perantara hewan.

Biasanya, penyakit ini disebabkan air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospirosa.

Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak dengan air, antara lain sungai, danau, selokan, lumpur atau tanah yang tercemar.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!