NUSANTARA

Digoda PSI, Gibran: Masih Pegang KTA PDIP

"Saya masih memegang KTA PDI Perjuangan. Kader PDIP. Saya di acara itu kan sebagai narasumber. Saya juga koordinasi dengan DPP PDIP."

AUTHOR / Yudha Satriawan

Gibran, PSI
Wali Kota Solo yang juga kader PDIP Gibran Rakabuming di Balaikota Solo, Rabu (23/8/2023). (Foto: KBR/Yudha Satriawan)

KBR, Solo - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming mengaku sempat berada dalam satu panggung dengan politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko dan Yenny Wahid di kegiatan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pada Selasa (22/8/2023).

Saat ini Budiman Sujatmiko menjadi sorotan karena ia sebagai kader PDIP justru mendukung capres Koalisi Indonesia Raya Prabowo Subianto. 

PSI yang sejak awal mengusung Ganjar Pranowo kini menarik dukungan dan memilih menunggu instruksi Presiden Jokowi karena sikap PDIP.

Sementara, Yenny Wahid digadang sebagai kandidat mendampingi Capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan.

Di tengah peta politik itu, Gibran mengatakan dirinya masih kader PDI Perjuangan.

"Saya masih memegang KTA PDI Perjuangan. Kader PDIP. Saya di acara itu kan sebagai narasumber. Saya juga koordinasi dengan DPP PDIP," ujar Gibran saat ditemui di Balaikota, Rabu (23/8/2023).

Gibran menjelaskan dalam acara itu ia menolak dipakaikan jaket PSI oleh sejumlah kader partai itu.

Dalam twitter PSI mengajak Gibran login (masuk kader) PSI, namun direspon Gibran dengan nada menolak karena masih punya KTA PDIP.

PSI menjadi salah satu parpol yang mengajukan judicial review UU Pemilu terkait batas umur minimal calon presiden dan calon wakil presiden. 

PSI meminta Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan agar usia minimal capres dan cawapres diturunkan dari 40 tahun ke 35 tahun. Gibran saat ini berumur 35 tahun.

Gibran mengaku cukup dekat dengan Budiman Sudjatmiko dan Yenny Wahid.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!