NUSANTARA

Di DIY, Angka Ketidaklulusan Tertinggi UN SMA di Kota Yogyakarta

KBR68H, Yogyakarta - Meski menduduki peringkat pertama rata-rata nilai Ujian Nasional, Kota Yogyakarta juga tertinggi dalam jumlah ketidaklulusan se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

AUTHOR / Radio Star Jogja

Di DIY, Angka Ketidaklulusan Tertinggi UN SMA di Kota Yogyakarta
UN SMA, angka tidak lulus, tertinggi, kota yogyakarta

KBR68H, Yogyakarta - Meski menduduki peringkat pertama rata-rata nilai Ujian Nasional, Kota Yogyakarta juga tertinggi dalam jumlah ketidaklulusan se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Baskara Aji mengatakan jumlah rerata tertinggi UN 2013 tingkat provinsi dijuarai Kota Yogya.

“Jumlah rata-rata tertinggi untuk SMK, SMA program studi IPA, IPS, bahasa semua berada di Kota Jogja. Baru untuk program studi keagamaan dipegang siswa dari MA Halatul Quran, Bantul,” jelas Aji saat ditemui di Disdikpora DIY, Kamis (23/5).

Secara detil, rata-rata nilai UN tertinggi untuk SMK diraih SMK Indonesia Yogyakarta (dulu SMF) 34,98, SMAN 1 Jogja menjadi juara untuk program studi IPA dan IPS, SMA Stella Duce 1 untuk program studi bahasa dan MA Halatul Quran, Bantul 50,50.

Tetapi jumlah ketidaklulusan terbanyak juga terpusat di Kota Yogya. Untuk sementara 10 siswa dari SMA di Yogya dinyatakan tidak lulus.

Aji menyampaikan jumlah ketidaklulusan di Kota Yogya masih berdasarkan data sementara. Nilai ujian sekolah untuk 2 siswa tidak dapat diproses komputer di tingkat pusat atau Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud).
Dalam perbaikan ini sekolah diminta untuk mengolah data sendiri untuk mengetahui kelulusan anak didiknya. Paska perbaikan, diperkirakan jumlah siswa tak lulus berkurang 2 orang atau total siswa tak lulus 8 orang.

Sumber: Radio Star Jogja

Editor: Doddy Rosadi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!