NUSANTARA

Deforestasi di Batu Mengakibatkan Banjir dan Longsor

Jika deforestasi terus terjadi, dikhawatirkan akan mengancam Sungai Brantas.

AUTHOR / Eko Widianto

EDITOR / Sindu

Deforestasi di Batu Mengakibatkan Banjir dan Longsor
Ilustrasi: Deforestasi di Batu, Jawa Timur. Foto: ANTARA

KBR, Batu- Deforestasi di Batu, Jawa Timur, terjadi sejak sepuluh tahun terakhir. Tercatat, kawasan lindung seluas 300 hektare di kaki Gunung Arjuno, beralih fungsi menjadi kebun sayuran.

Dampaknya, banjir menerjang Kota Batu tiga tahun lalu, tujuh nyawa melayang. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Jawa Timur, memperkirakan banjir dan tanah longsor bakal terus terjadi jika laju deforestasi tak dihentikan.

Itu sebab, Koordinator WALHI Jawa Timur Simpul Malang Purnawan Dwikora Negara menuntut pemerintah dan para pengambil kebijakan menghentikan deforestasi. Selain itu, memulihkan kawasan lindung dengan beragam tanaman rimba dan tanaman agroforestri.

Agroforestri merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah sistem pertanian tanaman pangan dan kehutanan yang ditanam di lahan yang sama.

“Yang terjadi di Batu, semak berkurang tegakan yang beralih-fungsi menjadi kebun-kebun sayur. Ini yang harus disikapi pengambil kebijakan di Batu, untuk segera dan serta merta memulihkan ruang ekonomi hutan dengan tegakan yang beragam yang tidak diambil kayunya, ditebang. Berarti diambil selain kayu,” katanya dalam diskusi tentang Mengindra Deforestasi di Jawa Timur, Belajar dari Hutan Kalimantan yang digelar SIEJ, Jumat, (07/06/2024).

Kota Batu merupakan area tangkapan air di hulu Sungai Brantas yang berperan penting menjaga pasokan air ke sungai tersebut. Jika deforestasi terus terjadi, dikhawatirkan akan mengancam Sungai Brantas.

Kini, debit sejumlah mata air di Batu menyusut, bahkan mati. Selain itu, perlu peningkatan kesadaran bersama untuk menjaga kawasan lindung dari ancaman deforestasi.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!