NUSANTARA

DBD di Jawa Barat Meningkat Capai 5.600 Kasus, 41 Meninggal

Jumlah kasus DBD di Jawa Barat meningkat mencapai 5.653 kasus. Dari jumlah tersebut, 41 diantaranya meninggal.

AUTHOR / Arie Nugraha

DBD di Jawa Barat Meningkat Capai 5.600 Kasus, 41 Meninggal
Petugas melakukan fogging cegah DBD di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024). (Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

KBR, Bandung - Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menginstruksikan seluruh rumah sakit siaga mengantisipasi peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Bey mengatakan jumlah kasus DBD di Jawa Barat telah mencapai 5.653 kasus. Dari jumlah tersebut, 41 diantaranya meninggal dunia.

"Sampai hari ini ada 5.653 kasus dengan 41 kasus meninggal dunia. Kita akan terus mengingatkan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan. Kami juga minta kepada seluruh rumah sakit untuk siap siaga," ujar Bey dalam siaran media di Bandung, Senin (4/1/2024).

Untuk mengantisipasi peningkatan DBD, Bey mengatakan Dinas Kesehatan dan Puskesmas akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar kasus bisa ditekan.

Bey juga mengingatkan masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak tertular DBD dari nyamuk yang bersarang di tempat yang kotor.

"Untuk langkah preventifnya Dinkes dan Puskesmas saya minta terus lakukan edukasi ke masyarakat. Layanan kesehatannya juga agar bersiap siaga. Tentunya kita terus ingatkan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan," ucap Bey.

Baca juga:


Antisipasi Paparan DBD

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat meningkatkan kewaspadaan terkait jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat peralihan musim kemarau ke penghujan saat ini.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi mengatakan sebenarnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu setiap tahun terjadi, tapi yang paling tinggi kasusnya pada peralihan musim.

"Waspada ketika terjadi pergantian musim kemarau ke musim hujan pasti terjadi peningkatan DBD. Seperti contoh sekarang, biasanya yang agak meningkat itu sekitar Agustus, September, Oktober. Pada bulan (akhiran) 'ber' berhenti (kenaikannya), nanti kalau sudah selesai bulan 'ber' naik lagi di Februari, Maret dan April. Terus begitu antara musim kemarau dan musim hujan," ujar Vini saat ditemui pada Selasa, 21 November 2023.

Vini mengatakan pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan, banyak barang yang berpotensi menampung genangan air seperti bekas kemasan makanan dan minuman.

Genangan air hujan yang turun sesaat ini sebut Vini, menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sehingga populasi nyamuk yang menjadi medium penularan banyak.

"Beda halnya saat musim hujan. Pada musim hujan air yang turun terus terusan mengalir sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk demam berdarah untuk berkembang biak. Tempat kembang biak nyamuk ini cukup dengan sedikit genangan air," kata Vini.

Vini menegaskan pencegahan DBD harus dilakukan setiap hari karena masuk dalam kategori penyakit sepanjang tahun.

Salah satu contohnya adalah menutup tempat air, menguras dan melakukan daur ulang benda bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

"Itu harus dilakukan sepanjang tahun terutama tadi saat perubahan musim kemarau ke musim hujan antisipasinya harus lebih giat," sebut Vini.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat hingga pertengahan Agustus 2023, jumlah kasus penyakit demam berdarah mencapai 10.418 kasus akibat gigitan nyamuk yang tertular virus dengue.

Baca juga:

Pengaruh Pemanasan Global

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Barat, Anggraini Alam mengatakan pemanasan iklim global yang terjadi saat ini mempercepat perkembang biakan telur nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus.

"Nyamuk ini dari mulai telur hingga dewasa itu tujuh hari (pertumbuhan). Yang katanya karena climate change panas menjadi lebih pendek, hingga bisa terpendek lima hari. Jadi lebih cepat dia menjadi dewasa sejak jadi telur," ujar Anggraini dicuplik dari akun You Tube Dinas Kesehatan Jawa Barat.

Anggraini mengatakan nyamuk aedes aegypti berembang biak di air yang bersih seperti di talang air dan dispenser.

Jumlah air bersih yang dibutuhkan untuk berkembang biak telur nyamuk aedes aegypti yakni minimal 0,3 milliliter. Sehingga, kata Anggraini, seluruh daerah rawan bertelurnya nyamuk harus segera disingkirkan.

Setelah menetas dari telur menjadi dewasa, jangkauan terbang nyamuk aedes aegypti radius 100 meter.

"Makanya kalau kita hitung keliling jangkauannya mencapai 4 kilometer persegi. Sebegitu luasnya nyamuk aedes aegypti bisa kemana - mana dan kalau ada virus denguenya dia bawa ke radius 4 kilometer persegi. Jadi kalau ada nyamuk sekarang tepuk saja," kata Anggraini.

Untuk mencegah paparan penyakit demam berdarah dengue, Anggraini menyarankan pakaian berwarna hitam atau kain warna hitam tidak digantung.

Alasannya itu merupakan salah satu medium yang kerap dijadikan sarang bertelur nyamuk aedes aegypti, selain air bersih.

Laju jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue ucap Anggraeni di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat menjadi salah satu penyakit mematikan.

"Mulai dari kakek-kakek sampai bayi yang baru lahir bisa terjangkit dengue. Itu berbahayanya semua bisa kena dan belum ada obatnya. Jadi antivirus, obat - obatan lain untuk dengue belum ada, penelitiannya banyak tapi belum ada pembuktian ampuh mengobatinya," ucap Anggraeni.

Anggraeni menuturkan penyakit demam berdarah dengue ini hanya berlangsung sepekan namun memiliki dampak yang luar biasa.

Belum lagi masa kembang biak lebih cepat akibat kenaikan suhu Planet Bumi. Sementara sebut Anggraeini Indonesia berada di kawasan tropis karena dekat dengan garis khatulistiwa.

Kematian akibat penyakit demam berdarah dengue di Provinsi Jawa Barat tahun 2022 mencapai 36.608 orang dengan angka kematian 305 pasien.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!