NUSANTARA

Akulturasi Budaya Tionghoa-Yogyakarta Dipamerkan

Ada juga Batik Peranakan, Batik Encim kita tampilkan juga. Ada furniture khas Tionghoa seperti ranjang, piring, mangkok dan sebagainya

AUTHOR / Ken Fitriani

Tionghoa
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-19 kembali digelar pada 4-10 Maret 2024. (Foto: KBR/Ken Fitriani)

KBR, Yogyakarta - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-19 kembali digelar pada 4-10 Maret 2024 di Perkumpulan Budi Abadi, Hoo Hap Hwee, Jalan Bintaran Wetan, Kota Yogyakarta. Mengusung tema 'Lestari Budaya Bagi Negeri', acara ini bertujuan merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Februari.

Ketua Panitia PBTY ke-19, Ernest Lianggar Kurniawan mengatakan, konsep dan lokasi acara di tahun ini sepenuhnya baru. Jika tahun-tahun sebelumnya selalu digelar di Kawasan Ketandan, Malioboro, maka PBTY 2024 berpindah ke Kawasan Pakualaman. Hal ini, karena PBTY berdekatan dengan penyelenggaraan Pemilu sehingga lingkupnya lebih diperkecil.

"Tahun ini, kita lebih banyak ke pamerannya. Pameran akulturasi budaya Tionghoa dengan Jawa. Nah, itu yang kita tekankan karena tahun ini kita lebih beratkan untuk edukasi. Edukasi ke masyarakat bahwa barang-barang atau sejarah yang sudah berakulturasi dengan budaya Jawa," katanya di sela pembukaan PBTY di Perkumpulan Budi Abadi, Hoo Hap Hwee Yogyakarta, Senin (4/3/2024) malam.

Ernest menyebut, tahun ini pun penyelenggaraan PBTY tidak ada kirab dan kuliner khas seperti sebelumnya. Tempat yang terbatas menjadi salah satu faktor ditiadakannya dua kegiatan tersebut. Selain itu, konsep edukasi yang diusung juga ingin lebih ditonjolkan. "Tempatnya kecil, tidak representatif. Kemudian kirab juga enggak ada karena balik lagi ke konsepnya. Konsepnya lebih ke museum," ujarnya.

Ernest menjelaskan, PBTY tahun ini juga menyuguhkan pameran berbagai benda bersejarah seperti Barongsai yang khusus dikeluarkan untuk prosesi ritual. Selain itu, museum tentang kepercayaan masyarakat Tionghoa dengan para Dewa juga turut dipamerkan.

"Ada juga Batik Peranakan, Batik Encim kita tampilkan juga. Ada furniture khas Tionghoa seperti ranjang, piring, mangkok dan sebagainya," tandasnya.

Di sisi lain, Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo menambahkan, PBTY tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dimeriahkan dengan kuliner. Tahun ini panitia lebih mengangkat sisi edukasi dan tentu jadi hal yang menarik bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang budaya Tionghoa ada yang sudah berakulturasi dengan budaya Jawa.

"PBTY jadi penggerak dari event ekraf dan pariwisata yang selalu ditunggu oleh masyarakat Yogyakarta dan wisatawan. Ini jadi magnet yang luar bisa. Saya pesan kepada yang hadir agar kita promosikan ke semua sosmed sehingga gaung PBTY dengan kehadiran tema baru dan konsep baru bisa lebih menarik untuk dikunjungi," ujarnya.

Baca juga:

- Lagi, Presiden Jokowi Klaim Stok Beras Aman dan Harga Turun

- Jokowi Bilang Harga Beras di Pasar Cipinang dan Pasar Johar Turun

Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho mengatakan, PBTY menjadi pembuktian betapa kayanya keragaman suku bangsa dan budaya yang hidup di Yogyakarta sebagai taman sari Indonesia. Melalui tema yang diusung, PBTY diharapkan jadi momen yang spesial seiring transformasi signifikan dari segi konsep penyelenggaraannya.

"Pendidikan tanpa batas yang disebutkan Konfusius sangat relevan dengan konsep PBTY tahun ini, di mana menghubungkan masa lalu, kini dan masa depan, salah satunya tentang Batik Peranakan yang jadi simbol akulturasi Jawa dan Tionghoa. Mari jadikan PBTY untuk momen belajar, berbagi dan merasakan kekayaan budaya Yogyakarta," ajaknya.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!