NUSANTARA

61 Desa di Rembang Memenuhi 9 Indikator Miskin Ekstrem

Total ada 61 desa di 13 kecamatan berkategori miskin ekstrem.

AUTHOR / Musyafa, Heru Haetami,

EDITOR / Sindu

61 Desa di Rembang Memenuhi 9 Indikator Miskin Ekstrem
Desa Ronggomulyo, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, salah satu desa miskin ekstrem yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pati. Foto: KBR/Musyafa

KBR, Rembang– Puluhan desa di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, memenuhi sembilan (9) indikator miskin ekstrem. Total ada 61 desa di 13 kecamatan berkategori miskin ekstrem.

Camat Sumber, Wijayanti menuturkan, di wilayahnya terdapat enam desa miskin ekstrem, meliputi Desa Lohgede, Ronggomulyo, Kedungtulup, Polbayem, Jatihadi, dan Pelemsari.

Kata dia, angka kemiskinan di enam wilayah tersebut lebih tinggi dibandingkan desa-desa lain.

“Hal itu mengacu data terakhir dari Provinsi Jawa Tengah tahun 2023,” ungkapnya, Selasa,02 Juli 2024.

Perkembangan desa miskin ekstrem dirilis Pemprov Jawa Tengah saban tahun, sehingga status kondisi wilayah bisa saja berubah.

“Seperti Desa Randuagung dan Tlogotunggal, keduanya sudah lulus dari kemiskinan ekstrem,” beber Wijayanti.

Wilayah Perbatasan dan Indikator

Wijayanti menambahkan, umumnya desa-desa miskin ekstrem berada di wilayah perbatasan dengan kecamatan atau kabupaten lain.

Misalnya, Desa Ronggomulyo berbatasan dengan Kabupaten Pati dan Blora. Lalu, Desa Jatihadi berbatasan dengan Kabupaten Pati, dan Desa Pelemsari berbatasan dengan Kecamatan Bulu.

“Sebenarnya saya pikir, Desa Jatihadi tidak masuk, tapi karena ini datanya masuk, ya, kita ikuti saja,” terangnya.

Ia menjelaskan, ada sembilan (9) indikator yang digunakan untuk menentukan suatu desa masuk miskin ekstrem. Antara lain, memiliki rumah tidak layak huni, sanitasi tidak layak sesuai standar kesehatan, warga mengidap penyakit kronis, warga lanjut usia (lansia) telantar, pendapatan kepala keluarga di bawah Rp400 ribu sebulan.

Percepatan

Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz menggulirkan berbagai program untuk percepatan penanganan kemiskinan ekstrem. Contohnya, pembangunan rumah tidak layak huni, hingga santunan biaya hidup tiap bulan bagi warga telantar mengidap penyakit kronis.

“Sumber anggaran dari desa, kabupaten, provinsi dan pusat kita optimalkan. Termasuk menggandeng sektor perbankan dan swasta. Target kita, desa-desa miskin ekstrim bisa segera tuntas,” tandasnya.

Target

Di tingkat nasional, Menko PMK Muhadjir Effendy mengakui target pengentasan kemiskinan ekstrem nol persen di 2024 sulit dicapai. Sebab, saat ini pencapaian tingkat kemiskinan ekstrem berada pada posisi 1,12 persen, dan sudah menurun sekitar 0,90 persen pada 2022-2023. Menurutnya, sulit untuk mencapai target nol persen miskin ekstrem.

Tak Realistis

Lembaga kajian ekonomi INDEF menyebut, target pemerintah menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga nol persen tidak realistis.

Menurut Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto, target nol persen ini akan sulit dicapai dengan hanya sisa pemerintahan kurang dari setahun atau tinggal beberapa bulan saja.

"Di luar itu kalau kita lihat secara tren juga penurunan tingkat kemiskinan ekstrem itu, ya, tidak lebih dari satu persen, ya, di dalam periode-periode terakhir ini begitu. Sehingga saya rasa mungkin angka realitasnya, ya, tidak akan mencapai nol persen begitu," ujar Eko kepada KBR, Rabu, (5/6/2024).

"Tetapi bahwa ini akan menurun, ya, saya sepakat di pemerintah memang harus punya target yang ambisius. Tapi, dalam realitasnya nanti kemungkinan memang akan turun, ya, kita harapkan setidaknya bisa di bawah satu persen, ya. Syukur-syukur katakanlah 0,7, misalkan begitu," imbuhnya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!