NASIONAL

Waspada, Obesitas Anak Meningkat 10 Kali Lipat

Penyebab obesitas pada anak, yaitu karena kurangnya aktifitas fisik. Terdapat 64 persen anak usia 10 hingga 14 tahun mengalami obesitas yang diakibatkan oleh hal tersebut.

AUTHOR / Ellika Falah Putri Affandi

Obesitas
Pedoman Gizi Seimbang cegah obesitas. Dalam empat dekade, obesitas anak naik 10 kali lipat. (Sumber: Makalah Kemenkes RI)

KBR, Jakarta - Obesitas pada anak harus terus diwaspadai. Pasalnya, peningkatan obesitas anak cenderung lebih tinggi dibandingkan pada dewasa. Aktivitas fisik dan pola konsumsi anak paling harus menjadi perhatian khusus dalam mengintervensi kasus ini. Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal yang dapat mengganggu Kesehatan.

Dari data Survey Status Gizi Indonesia (SGI) 2022, angka kelebihan berat badan overweight pada balita mencapai 3,5 persen. Walaupun terjadi sedikit penurunan namun tetap perlu diwaspadai, karena peningkatan obesitas anak saat ini mencapai 10 kali lipat.

''Terakhir, tahun 2022, overweight pada balita itu 3,5 persen. Kalaupun sedikit penurunan ya, ini kita khawatir karena kalau kita bandingkan data dalam empat dekade, pada anak itu peningkatannya jauh lebih banyak. Jadi kalau pada anak itu mencapai 10 kali lipat,'' ujar Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Ana Kementerian Kesehatan dr Lovely Daisy saat Press Breafing Situasi Terkini Obesitas di Indonesia yang disiarkan kanal Youtube Kemenkes RI pada Selasa, (11/7/2023).

Penyebab obesitas pada anak, yaitu karena kurangnya aktifitas fisik. Terdapat 64 persen anak usia 10 hingga 14 tahun mengalami obesitas yang diakibatkan oleh hal tersebut. Dan jika dikaitkan dengan tingkat kebugaran anak sekolah, rata-rata anak tersebut tidak terlihat bugar.

Kemudian, pola konsumsi tentunya menjadi salah satu penyebab obesitas anak. Bahkan sekitar 20 persen balita, memiliki tingkat kecukupan energi lebih dari 130 persen dari angka kecukupan gizi. "Namun, terdapat 80 persen anak kekurangan asupan protein," tutur Daisy.

Pola konsumsi ini berkaitan dengan banyaknya anak sekolah yang tidak sarapan. Dan terdapat 50 persen anak yang tidak sarapan itu, otomatis akan membeli dan mengkonsumsi makanan saat sekolah yang rata-rata makanan tersebut kurang sehat untuk dikonsumsi.

Baca juga:

- Hari Obesitas Sedunia, IDAI Ingatkan Orang Tua Bahaya Balita Obesitas

- Jelang Hari Gizi Nasional: Stunting dan Obesitas Jadi Perhatian Dunia

Maka dari itu, Desi memberi solusi agar dilakukannya pemantauan pertumbuhan pada anak setiap bulannya. "Hal ini berguna untuk mendeteksi potensi-potensi gangguan pertumbuhan sejak dini seperti anak yang mulai mengalami kelebihan berat badan, sehingga dapat diintervensi lebih awal," pungkas Lovely Daisy.

Editor: Fadli

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!