NASIONAL

Wapres: Jangan Ragu Simpan Devisa Ekspor di Dalam Negeri

KBR68H, Jakarta - Wakil Presiden Boediono meminta pelaku bisnis tak ragu memarkir devisa hasil ekspornya di dalam negeri.

AUTHOR / Khusnul Khotimah

Wapres: Jangan Ragu Simpan Devisa Ekspor di Dalam Negeri
wapres boediono, devisa ekspor, dalam negeri

KBR68H, Jakarta - Wakil Presiden Boediono meminta pelaku bisnis tak ragu memarkir devisa hasil ekspornya di dalam negeri. Boediono mengatakan pemerintah menjamin kondisi ekonomi Indonesia aman. Ia mengklaim, hal ini dibuktikan dengan komitmen pemerintah menjaga inflasi pada tingkat yang rendah.

“Ini semua memang memerlukan kerja sama, tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Sama-sama kita jaga ekonomi nasional kita supaya kita bisa melewati masa-masa yang tidak pasti ini secara sebaik-baiknya, baik bagi masyarakat umum, baik bagi pelaku bisnis, baik bagi keuangan pemerintah, “ kata Wakil Presiden Boediono dalam Pameran Perdagangan Trade Expo Indonesia di Jakarta.

Bank Indonesia mencatat devisa yang berasal dari eksportir yang disimpan di luar negeri sebesar US$32,35 miliar (Rp281,6 triliun) pada 2010. Sementara itu, penarikan utang luar negeri dari perusahaan sebesar US,5 miliar (Rp21,76 triliun). Jika dirata-rata, devisa ekspor selama 2 tahun terakhir yang ditempatkan di luar negeri sebesar US9,5 miliar (Rp256,7 triliun).

Bank Indonesia mewajibkan eksportir untuk menempatkan hasil devisa ekspornya ke dalam negeri. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan yang melakukan pinjaman luar negeri. Mereka wajib menempatkan perolehan dananya di bank dalam negeri.  Kewajiban menempatkan devisa ekspor di dalam negeri juga dilakukan Malaysia yang harus menempatkan devisa minimal enam bulan. Sementara itu, di Thailand, devisa yang masuk harus dikonversi dalam mata uang Thailand. Dengan adanya kebijakan ini, maka tambahan devisa akan masuk, sehingga ketahanan nilai tukar lebih kuat.

Wakil Presiden Boediono menambahkan, meski beberapa bulan lalu terjadi kenaikan inflasi, namun dalam waktu yang tak lama, inflasi diyakini akan kembali stabil. Inflasi penting untuk distabilkan karena kenaikan harga pokok akan mempengaruhi biaya buruh. Pada September lalu, Indonesia akhirnya mengalami deflasi 0,35 persen yang disebabkan karena penurunan harga komoditas bahan pangan, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Editor: Doddy Rosadi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!