NASIONAL

Teknologi Kecerdasan Buatan AI Makin Marak, Muncul Tantangan dan Peluang Baru

900-an peserta dari ASEAN, Eropa dan Afrika mengikuti Summer School di UMY tentang tantangan dan peluang teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).

AUTHOR / Ken Fitriani

kecerdasan buatan
Ilustrasi. (Foto: rawpixel.com/Freepik/Creative Commons)

KBR, Yogyakarta – Penggunaan kecerdasan buatan atau Arificial Intelligence (AI) di era industri 4.0 meningkat pesat. Kecanggihan teknologi semakin mempermudah akses AI dalam kehidupan sehari-hari.

Meski menimbulkan manfaat karena lebih efisien dan praktis, namun keberadaan AI ini juga banyak dikhawatirkan dan memunculkan tantangan baru.

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Gunawan Budiyanto mengatakan, kekhawatiran masyarakat akan munculnya AI ini bukan tanpa alasan.

Menurut Gunawan, banyak pekerjaan yang hilang dan digantikan dengan kecerdasan buatan. Misalnya elaborasi pendapat beberapa pakar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dirangkum dalam waktu yang singkat oleh AI.

"Termasuk yang perkembangan terakhir itu adalah tentang kesehatan. Jadi konsultasi kesehatan. Artinya banyak peran-peran yang tergantikan oleh AI,” katanya di sela pembukaan Summer School dengan tema Opportunities and Challenges in Artificial Intelligence Innovation di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (14/6/2023).

Kebanyakan peserta Summer School ini berasal dari ASEAN, Eropa dan Afrika.

Gunawan mengatakan dalam Summer School kali ini lebih fokus pada penerapan AI di berbagai macam program studi. Para peserta akan membuat isu dan solusi yang dapat mengimbangi perkembangan AI ini.

"Setiap ada perkembangan teknologi ini pasti ada ancaman. Artinya ada semacam marjinalisasi orang. Setelah ada Android, orang tua kita seperti termajinalkan. Ini juga akan demikian. Teknologi ini akan memberikan klasifikasi generasi baru yang sama sekali agak susah untuk bisa diakses oleh generasi lama. Ini akan dihubungkan dengan konten masing-masing keilmuan di masing-masing program studi,” ujarnya.

Gunawan mengatakan isu kecerdasan buatan atau AI sangat universal dan memiliki kekhawatiran serta harapan yang sama. Karenanya ia berharap Summer School dapat menghasilkan titik temu dalam menghadapi kemajuan teknologi artificial intelligence ini.

"Semua punya harapan, semua punya kekhawatiran yang sama. Oleh karenanya kita cari titik temu agar kemajuan AI ini justru bisa kita manfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita,” tandasnya.

Baca juga:


Solusi tantangan akibat AI

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak yang memberikan sambutan melalui virtual mengatakan tantangan yang muncul harus didefinisikan dan dipahami kemungkinan ataupun kepastian yang muncul seiring berkembangnya AI.

"Menurut saya akan semakin banyak SDM yang berpotensi untuk memberikan solusi terhadap tantangan yang muncul akibat AI," ujarnya.

Penggunaan AI ini, kata Emil, tidak hanya memunculkan tantangan namun juga memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Bahkan jika sudah saatnya, ia meyakini Indonesia akan mengambil peran penting dalam mengimplementasikan AI.

"Saya rasa Indonesia memiliki kapabilitas yang cukup. Kami sendiri juga sedang bekerjasama dengan sekelompok anak muda di Jawa Timur dalam pengembangan AI untuk mendeteksi penggunaan masker di tempat publik. Ini dapat kami lakukan di tengah keterbatasan edukasi yang memadai terkait AI yang memang jarang diajarkan di sekolah," paparnya.

Summer School yang diinisiasi oleh UMY ini akan berjalan selama 4 bulan, mulai Juni hingga September 2023. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tingginya minat peserta yang mengikuti Summer School tahun ini. Tercatat 900 orang peserta dari ASEAN dan Eropa mengikuti kegiatan tersebut.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!