NASIONAL
Sosok Paus Baru yang Diharapkan Waligereja Indonesia
Paus yang baru perlu meneruskan perjuangan mendiang Paus Fransiskus dalam menyerukan perdamaian dunia.

KBR, Jakarta - Paus Fransiskus telah dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Sabtu (26/4/2025) siang waktu setempat. Upacara pemakaman digelar tertutup. Setelah proses pemakaman selesai, akan dilaksanakan proses pemilihan Paus yang baru atau konklaf.
Kepala Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Eddy Susanto SCJ berharap Paus terpilih adalah orang yang paham situasi dunia saat ini dan peduli terhadap sesama.
"Melihat situasi yang ada sekarang ini, tampaknya masih sangat dibutuhkan Paus yang bisa melanjutkan dan mengembangkan cita-cita Paus Fransiskus. Terutama berkaitan dengan kemanusiaan lalu kecintaan terhadap alam," kata Romo Eddy kepada KBR, Kamis, (24/4/2025).
Sementara itu, Koordinator Nasional Sobat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (Sobat KBB) Angelique Maria Cuaca mengatakan pimpinan tertinggi umat Katolik harus merangkul korban perang, disabilitas, serta minoritas gender.
Ia berharap Paus yang baru dapat bertindak tegas terhadap kasus-kasus kekerasan seksual, seperti mendiang Paus Fransiskus.
Menurutnya, Paus Fransiskus adalah sosok yang tegas menentang kekerasan dalam gereja dan giat menyuarakan antiperang.
"Paus Fransiskus pernah bilang bahwa tidak ada perdamaian tanpa adanya kebebasan beragama dan penghargaan terhadap kemanusiaan," ujar wanita yang akrab disapa Like ini.
"Paus Fransiskus itu juga gigih untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian. Dia berkali-kali menyerukan perdamaian untuk tragedi kemanusiaan di Palestina dan Israel. Keberanian Paus ini menjadi teladan bagi kita agar kita juga berani menyerukan perdamaian dan toleransi antar-umat beragama," kenang dia.
Ia berharap para kardinal yang berpartisipasi dalam konklaf dapat berembuk dan memilih Paus yang baru.
"Harapannya Paus yang terpilih ini sedikitnya sama dengan Paus Fransiskus dan bisa melanjutkan keteladanan dan kerja-kerja baik yang sudah dilakukan oleh Paus Fransiskus," harapnya.

Proses Konklaf
Setelah kematian Paus Fransiskus, Gereja Katolik sedang dalam masa Sede Vacante atau kekosongan takhta Paus. Masa ini adalah periode berkabung sebelum memasuki konklaf, pertemuan untuk memutuskan Paus baru.
Sederhananya, konklaf adalah pemungutan suara yang dilakukan pejabat Gereja Katolik atau kardinal untuk memilih Paus selanjutnya.
Konklaf diambil dari Bahasa Latin, cum clavis yang artinya ‘dengan kunci’. Pemilihan ini dilaksanakan secara tertutup dan rahasia di Kapel Sistina, Vatikan.
"Artinya bukan hanya secara fisik terkunci, tetapi juga dalam pengertian tidak boleh ada campur tangan luar. Apalagi campur tangan kepentingan-kepentingan politik,” kata Romo Eddy.
Akses komunikasi ke dunia luar, seperti koran, televisi, radio, hingga internet akan diputus saat para kardinal melaksanakan konklaf.
Baca juga:
- Ritual Setelah Paus Fransiskus Wafat: Novendiali, Konklaf, dan Kerahasiaan di Kapel Sistina
- Paus Fransiskus Sebut Keragaman Indonesia Jadi Contoh untuk Dunia
Saat ini terdapat 252 kardinal di seluruh dunia. Namun, yang bisa memilih dan terpilih menjadi Paus hanya 135 kardinal.
"Yang boleh ikut pemilihan konklaf itu hanya kardinal yang umurnya di bawah 80 tahun," jelas Romo Eddy.
Meski kardinal yang berusia di atas 80 tahun tidak bisa ikut memilih, mereka akan berdoa dan boleh menghabiskan waktunya mendiskusikan keunggulan kandidat.
Indonesia juga memiliki perwakilan yang bisa ikut memilih dan dipilih dalam konklaf. Ada Kardinal Ignatius Suharyo yang juga Uskup Agung Jakarta, saat ini berusia 74 tahun.
"Hanya Kardinal Suharyo (yang bisa mengikuti konklaf dari Indonesia)," tambah Romo Eddy.
Proses Pemilihan Paus
Konklaf biasanya akan dilaksanakan kurang lebih 15-20 hari setelah Paus sebelumnya meninggal atau mengundurkan diri. Sebelum mulai memilih di hari pertama konklaf, para kardinal diberi kesempatan untuk berbicara.
"Setiap Kardinal harus pidato mengenai harapannya untuk Gereja ke depan seperti apa. Penyampaian visi misi, seperti itu," ujar Romo Eddy.
Ia mengatakan para kardinal akan memilih dua kali dalam sehari, yaitu setiap pagi dan sore. Setiap kardinal diberi kertas suara dan menulis “Saya memilih (nama) sebagai Paus”. Kandidat harus mendapat dua per tiga suara untuk terpilih menjadi Paus.
Konklaf rata-rata berlangsung selama 10 hari. Namun bisa lebih cepat atau lebih lama.
Proses konklaf kemudian diumumkan dengan cara membakar kertas suara yang diberi pewarna. Masyarakat dapat melihat sinyal warna asap yang keluar dari cerobong asap di Kapel Sistina.
"Warna hitam artinya para kardinal belum sepakat, belum terpilih Paus yang baru. Kalau keluar asap putih, itu artinya sudah terpilih Paus yang baru," jelas Romo Eddy.
Setelah Paus baru terpilih, kardinal paling senior akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus. Kemudian dalam Bahasa Latin mengatakan "Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus papam".
Artinya: "Aku akan menyampaikan kepada kalian kabar gembira yang besar. Kita punya Paus yang baru". Kemudian disebutkan namanya. Paus terpilih kemudian akan keluar dan menyapa umat Katolik yang sudah menunggu kemunculan Paus baru.
Baca juga:
- Amnesty Berharap Paus Fransiskus Jadi Juru Damai di Papua
- Perang Dagang AS-Cina Ancam Ekonomi Indonesia, Ini Kata Ekonom
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!