indeks
Sekali di Udara Tetap di Udara

Penulis: Gungun Gunawan

Editor:

Google News
Sekali di Udara Tetap di Udara
jusuf ronodipuro, hari radio sedunia, radio, rri

KBR68H – Hari Radio Sedunia baru saja dirayakan pada 13 Februari. Badan PBB, UNESCO menyebut perayaan  bertepatan dengan dimulainya siaran Radio PBB pada 1946 silam. Radio dinilai punya peran penting dalam perubahan sosial dunia. Termasuk di tanah air. Salah satu tokoh radio yang ikut berperan mengumandangkan kemerdekaan Indonesia di dunia adalah  Muhammad Jusuf Ronodipuro. Atas jasanya tersebut salah satu pendiri Radio Republik Indonesia itu diganjar penghargaan Komisi Penyiaran Indonesia.

“Saudara, kita dengarkan dahulu pengumuman penting. Tadi pagi jam sepuluh Bung karno telah mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Berikut bunyi proklamasi kemerdekaan itu…” Itu tadi petikan suara Muhammad Jusuf Ronodipuro saat bersiaran. Kiprah salah satu  pendiri Radio Republik Indonesia ini mungkin tidak terlalu dikenal masyarakat khususnya generasi saat ini. Padahal, sepak terjangnya pada masa sebelum dan setelah kemerdekaan tidak kalah besar. Setidaknya itu kesan yang disampaikan beberapa orang yang mengenalnya.  


Namun jalan hidupnya mulai berubah tatkala perang dunia dua mulai berkecamuk pada dekade 1940-an. Sejarawan Rusdy Hosein bercerita,”“Tahun 1937 -1938 begitu ya. Lalu kan terjadi perang dunia tentara Jepang masuk ke Indonesia. Sebelumnya General Motor itu ditugaskan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk merakit mobil-mobil perang seperti panser. Ketika  Jepang akan  masuk ke Indonesia, GM  juga menyesuaikan dan pindah ke Solo ke pabrik gula. Akhirnya jadilah perang dunia itu dan Jepang masuk ke Indonesia. Pak Jusuf sudah bekerja di Solo. Waktu itu ada rencana para pegawai belanda akan diberangkatkan ke Australia. Waktu itu Jusuf sudah bisa membeli mobil dan pergi ke Cilacap. Di sana banyak kapal yang mau melarikan diri. Tapi dia berfikir apa pentingnya melarikan diri. Di situ kapal-kapal itu dibom jepang dan banyak yang mati. Jadi dia balik arah dengan mobilnya ke solo. Sebelum masuk solo dia dihadang oleh jepang dan dirampas semua hartanya. Setelah itu dia balik ke Jakarta. Sudah zaman Jepang.” Sejak itu Jusuf mulai  mengenal dunia radio, tepatnya sekitar awal Maret 1943 lewat tokoh pemuda, Sukarni.


“Ditawarkanlah Yusuf Ronodipuro untuk bekerja di radio. ‘Cup,bagaimana kalau you bekerja di radio?’ ‘Wah saya gak ada pengalaman’ kata Jusuf. Waktu itu radio Belanda diubah oleh Jepang namanya Hoso Kyoku. Mulailah dia bekerja di Hoso Kyoku itu sebuah radio penyiaran di bawah kendali jepang. Dia bekerja di bagian pemberitaan”.


Siarkan Kemerdekaan RI

Sosok Jusuf Ronodipuro mulai dikenal, usai Bung Karno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Saat itu Jusuf bersama rekannya tengah berkumpul di Pejambon, Jakarta. “Akhirnya ditetapkanlah proklamasi pada 17 agustus jam 10 pagi. Ya tidak kurang tidak lebih setelah itu diadakan pertemuan di Pejambon. Tapi yang jadi masalah adalah bagaimana menyebarluaskan proklamasi itu. Nah tanggal 17 agustus itu teman-teman di kantor berita jepang sudah mengusahakan berita dengan telegram bahwasanya sudah merdeka. Tapi perlu diketahui saat itu jepang menggunakan status quo.tidak boleh ada perubahan.

System pemerintahan menunggu pihak sekutu. Oleh karena itu jepang tidak setuju dengan kemerdekaan karena sudah menjadi alat sekutu,” tambahnya. Di bawah pengawasan ketat tentara Kempetai Jepang, ia membacakan naskah proklamasi di stasiun Radio Hoso Kyoku, kini menjadi gedung RRI di Medan Merdeka, Jakarta. “Akhirnya dia beserta kakaknya Mochtar Lubis yaitu Bachtiar Lubis membuat strategi untuk mengecoh pihak jepang. Starteginya itu apa. Itu ada penyiaran dalam negeri dan luar negeri. Untuk bisa mengecoh pihak Jepang itu dipasang berita yang tidak ada hubungannya dengan berita proklamasi itu. Dan itu berhasil. Dan tanpa diketahui Jepang berita proklamasi itu bisa menyebar luas. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri”

Direktur Utama RRI, Niken Widiastuti menambahkan kisah heroik Jusuf Ronodipuro. “Begitu disiarkan dari Jakarta ini diterima oleh RRI Solo dengan pemancar gerilya yang disembunyikan di kandang kambing lalu dipancarkan ke Takengon Aceh. Dari sana barulah ke penjuru dunia. Ke all Indian radio, Vietnam sampai akhirnya Belanda sendiri mendengarnya. Tapi belanda tidak mengakui dan menyebut Indonesia sebagai republic microphone.”

Akibat keberanian Jusuf Ronodipuro dan rekan-rekannya, Jepang murka. Sejarawan Roesy Hosein.”Setelah itu beliau beserta Bachtiar Lubis diseret oleh tentara Jepang. Mereka dipukuli ditendang, dihajar-habis habisan. Maka hingga akhir hayatnya kaki   Jusuf itu pincang.”

Kisah keberanian Jusuf itu membekas dibenak salah satu putranya  Irawan Ronodipuro.”Ayah saya itu selalu menceritakan itu kalau di meja makan apa namanya kisah-kisahnya dalam perjuangan. Dia orangnya sangat sederhana dan apa adanya dan bagi dia itu jabatan bukan sesuatu yang ada di dia itu tanggung jawab. Orangnya amanah,” katanya. Saat bocah, ia mengaku tak tahu banyak sepak terjang ayahnya. “Waktu kecil saya tidak tahu kalau ayah itu pahlawan. Karena beliau sendiri tidak pernah membanggakan diri. Beliau hanya suka menceritakan pengalaman-pengalamannya. Justru saya tahu kemudian dari orang lain bahwa ayah saya itu ternyata hebat”

Di mata Irawan,  Jusuf Ronodipuro  dikenal sebagai sosok sederhana.  “Jadi Presiden Soekarno saat itu memberikan kain untuk dijahit sama bapak. Dia bilang’ Cup ni saya ada kain kamu jahit saja di tukang jahit langganan saya. Ibu iru kan orang Suymatera. Jadi dulu Soekarno menyarankan begitu. Carilah istri orang yang berbeda suku. Supaya kebinekaan kita terbangun. Begitu kata Soekarno.”

Sifat sederhana itu dilakoni hingga maut menjemput . “Jadi waktu itu setelah pension dari pemerintahan banyak sekali tawaran dari perusahaan asing. Memang biasanya perusahaan asing itu mencari orang yang punya koneksi baik di pemerintahan. Bapak kan punya koneksi baik. Tapi dia tolak itu semua. Saya bilang kenapa? Kan bagus fasilitasnya? Dia bilang itu bertolak belakang dengan prinsipnya. Jadi dia itu anti asing sampai kahir hayatnya.”

Penghargaan Seumur Hidup

Baru enam puluh tujuh tahun kemudian , peran Jusuf Ronodipuro bagi dunia penyiaran radio diakui lewat  penghargaan  yang diberikan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).Akhir tahun lalu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menganugerahi Jusuf Ronodipuro dengan penghargaan “Anugerah Seumur Hidup”. Penghargaan tertinggi kepada   angkasawan  atau penyiar radio  legendaris tersebut diberikan atas jasa dan kiprahnya bagi perkembangan dunia radio di Indonesia.

Nina Mutmainnah Armando, Ketua Panitia Anugerah KPI 2012 menuturkan, “Lifetime achievement pada anugerah KPI 2012 ini dilakukan melalui keputusan komisioner KPI. Kalau program lain itu penilaiannya terbuka dan ada juri independen. Kalau khusus untuk ini setiap komisioner mengajukan siapa yang pantas dan dirapatkan oleh komisioner. Pemilihan lifetime aichievement adalah mereka yang mempunyai peran besar dalam sejarah penyiaran di indonesia, memiliki visi untuk memajukan dunia penyiaran, serta menjadi inspirasi. Kami kira pak Jusuf Ronodipuro layak untuk itu semua.”

Bekas Direktur Utama RRI, Parni Hadi berpendapat sudah selayaknya Jusuf meraih penghargaan tersebut, seperti yang pernah diberikan RRI.  “Ketika saya memimpin dengan dukungan seluruh direksi saya bikin auditorium dengan nama beliau. Itu cara saya supaya beliau dikenal. Minimal yang lewat anak-anak RRI akan tanya. Siapa sih Jusuf Ronodipuro? Itu cara saya lho. Saya bikin auditorium supaya jadi living monument karena kalau auditorium itu kan dapat dipakai untuk siaran, main musik, saya tahu beliau suka banget musik.”

Parni menilai ketokohan Jusuf Ronodipuro tidak banyak diketahui masyarakat khususnya  kaum muda. “Saya kira memang kurang. Selain kita lalai juga sudah banyak sumber baru. Tidak ada upaya sistematis dari pemerintah termasuk RRI sendiri untuk mendokumentasikan bapak pendiri bangsa. Selain itu juga sudah banyak informasi lain.”

RRI sendiri berupaya menularkan semangat yang dibawa Jusuf kepada penyiarnya. Direktur Utama RRI, Niken Widiastuti “Karakter seperti Pak Jusuf ini kami turunkan ke dalam kode etik dan pedoman angkasawan angkasawati RRI sehingga rohnya akan tetap terjaga dalam benak angkasawan angkasawati RRI. Itu melalui proses panjang selain melalui proses pelatihan juga dalam sehari-hari kami arahkan ke sana.”Zaman telah berganti. Semangat yang dibawa Jusuf Ronodipuro seperti melawan ketidakadilan terang Niken masih relevan.”Zaman sekarang itu perjuangannya beda. Kalau dulu kan berjuang melawan pihak luar. Eksternal. Kalau sekarang itu kita berjuang melawan berbagai kepentingan internal. Pak Jusuf selalu berpesan kepada saya. RRI itu harus berada di atas semua kepentingan dan semua golongan. Artinya kita harus bisa mengakomodasi semua suku, ras, dan bangsa di tanah air. RRI itu harus netral. Tapi senetral-netralnya RRI itu tunduk pada satu yaitu ideologi negara.


” Sosok dan nilai-nilai yang diperjuangan Mohammad Jusuf Ronodipuro jadi teladan khususnya bagi penyiar radio di tanah air.  Menyebarluaskan berita dan mencerdaskan masyarakat di  pelosok daerah. 


“Sekali di udara. Tetap di udara ! ”

jusuf ronodipuro
hari radio sedunia
radio
rri

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...