NASIONAL

RI Kekurangan Dokter, Menkes: Masih Kurang 150 Ribu Orang Dokter Lagi

""Indonesia dari kebutuhan 270 ribu dokter sesuai standar WHO, atau satu dokter per seribu orang, kita baru punya 120 ribu dokter. Kita kekurangan 150 ribu dokter lagi.""

Yuli Anisah

kekurangan dokter
Seorang dokter memeriksa balita di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (15/9/2022). (Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin)

KBR, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia saat ini masih kekurangan dokter khususnya di yang bertugas di puskesmas di daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Budi Gunadi mengatakan setiap rumah sakit ada standar dokter spesialis. Namun sampai saat ini ketika Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun, standar dokter spesialis yang ditentukan WHO belum terpenuhi.

Ia mengatakan banyak masyarakat yang mengeluh di pelosok daerah akibat minimnya akses dokter di daerahnya, sehingga reformasi layanan kesehatan perlu dilakukan.

"Indonesia dari kebutuhan 270 ribu dokter sesuai standar WHO, atau satu dokter per seribu orang, kita baru punya 120 ribu dokter. Kita kekurangan 150 ribu dokter lagi. Padahal produksi dokter kita setahun cuma 12 ribu dokter. Jika kita tidak melakukan reformasi, selamanya anak-anak kita, ibu-ibu kita, terutama yang ada di pelosok daerah tidak akan bisa mendapatkan layanan kesehatan minimal. Tidak seperti kita yang ada di Jakarta," kata Budi Gunadi saat acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Senin (17/10/2022).

Baca juga:


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada media yang memberitakan ibu hamil tidak bisa mendapat dokter untuk memeriksa kehamilannya.

"Sudah naik kapal kemana-mana, sampai baru sadar bayinya sudah meninggal pada saat dia hamil," kata Budi Gunadi.

Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada enam transformasi kesehatan di Indonesia. Di antaranya transformasi di layanan primer, transformasi di layanan rujukan, transformasi di sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan.

"Dari enam transformasi itu, saya hatinya paling dekat dengan yang pertama. Transformasi di layanan primer. Ini yang sifatnya promotif preventif. Ini belajar dari kasus COVID-19 kemarin. Kalau sudah kena COVID-19 itu mahal. Bisa puluhan juta rupiah. Kalau kita butuh Actemra, masuk ICU itu bisa ratusan juta. Padahal kalau kita mencegah COVID dengan pakai masker, minum vitamin C, vitamin D, rajin olahraga, itu nggak sampai 1 juta rupiah dalam sebulan," kata Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • tenaga medis
  • tenaga kesehatan
  • Budi Gunadi Sadikin
  • transformasi kesehatan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!