NASIONAL

Produksi Gula Turun, Satgas Pangan Polri Sebut karena Perubahan Iklim

Pada 2013 luas panen tebu nasional 466,64 ribu hektare. Luasan ini kemudian menurun menjadi 444,83 ribu hektare pada 2021...

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

Produksi Gula Turun, Satgas Pangan Polri Sebut karena Perubahan Iklim
Ilustrasi: Petugas melayani pembeli gula pasir saat operasi pasar gula pasir di Desa Lapang, Aceh Barat (30/5/2020). (Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas)

KBR, Jakarta– Wakil Kepala Satgas Pangan Polri, Helfi Assegaf menyebut hasil produksi gula dalam negeri menurun akibat perubahan iklim.

Kata dia, berdasarkan data yang dipaparkan, penurunan produksi gula dalam negeri seiring dengan terjadinya tren kenaikan harga gula di pasar internasional.

Data itu ia sampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024 yang digelar daring dan luring di Kementerian Dalam Negeri, Rabu, 13 Maret 2024.

“Perlu kami sampaikan untuk komoditas gula pasir harga rata-rata nasional per tanggal 8 Maret yaitu Rp17.900 per kilogram atau 11,88 persen di atas HAP. Untuk harga gula di pasar internasional mengalami tren kenaikan dan hasil produksi gula dalam negeri menurun karena pengaruh perubahan iklim,” ucap Helfi seperti dipantau KBR via YouTube kemendagri RI, Rabu, (13/3/2024).

Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbapanas) Nomor 17 Tahun 2023 menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat produsen gula konsumsi sebesar Rp12.500 per kilogram. Sementara Harga Acara Penjualan (HAP) di tingkat konsumen sebesar Rp14.500 per kilogram.

“Untuk rencana importasi 2024, Gula Kristal mentah (GKM) 549.609 ton. Sementara Gula Kristal Putih (GKP) sebesar 160.000 ton,” ucap Helfi.

Harga Gula dan Luas Panen Tebu

Berdasarkan Panel Harga Bapanas per 13 Maret 2023, harga rata-rata gula konsumsi Rp17.840 per kilogram. Harga tertinggi ada di wilayah Papua Pegunungan Rp28.980 per kilogram, sedangkan terendah di DKI Jakarta, Rp16.460 per kilogram.

Mengutip satudata.pertanian.go.id, pada 2013 luas panen tebu nasional 466,64 ribu hektare. Luasan ini kemudian menurun menjadi 444,83 ribu hektare pada 2021, dan diperkirakan menurun lagi hingga 3,22 persen menjadi 430,50 pada 2022.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!